Senin, 16 September 2019

Melunaknya Isu Trade War AS vs China dan Proyeksi Penurunan Fed Rate Bawa Kurs Rupiah Menguat Terbatas


Kurs valas Euro melanjutkan penguatan (0.1%) ke 1.1073 setelah European Central Bank (ECB) memangkas suku bunga -0.5% dari sebelumnya -0.4% dan akan melakukan pembelian obligasi senilai 20 miliar euro di bulan November. Sementara itu kurs Poundsterling masih bergerak positif setelah irlandia Utara menyetujui beberapak kesepepakatan dengan Uni Eropa dan melanjutkan Uni Eropa  yang siap untuk memberikan perpanjangan Brexit untuk mencegah Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan. 

Para pelaku pasar akan mengantisipasi keputusan The FED dalam FOMC Meeting tanggal 19 September mendatang. Menurut Bloomberg probabilitas pemangkasan FED Rate sebesar 25 bps, telah mencapai angka 98.30%. Pun begitu juga Bank Indonesia akan turut mengadakan Rapat Dewan Gubernur tepat setelah rilisnya keputusan FOMC.


Sementara itu kurs USD terhadap Rupiah sepekan ini, Rupiah berhasil menguat hingga 0.95%. SPOT USD/IDR hari ini kembali ditutup menguat 25 point ke level 13.965, sejalan dengan penguatan harga SUN Benchmark yang menguat 15 hingga 60 Bps. SUN Benchmark tenor 10 tahun ditutup di level Yield 7.15%, yang merupakan level terendah dalam 5 minggu terakhir. Sentimen utama yang menjadi faktor penguatan Rupiah beserta Emerging Currencies lainnya adalah melunaknya isu perang dagang antara US dan China, dimana Trump mengatakan akan memberikan "Interim Trade Agreement" dengan China. 

Pemerintah China sendiri mendorong perusahaan – perusahaan China untuk membeli produk – produk tani dan pangan dari Amerika, dan berjanji untuk tidak mengenakan tambahan tariff apapun. Penguatan Rupiah juga dipengaruhi oleh hasil kebijakan moneter Bank Sentral Eropa kemarin, dimana ECB mengumumkan untuk memberikan kelonggaran dengan menurunkan suku bunga dan memulai kembali program Quantitative Easing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar