Prediksi kurs Dollar Rupiah minggu ini nampaknya terlihat ada penguatan terbatas USD, hal ini disebabkan beberapa sentimen negatif yang menyeruak di permukaan.
Ketegangan US dan China kembali tinggi, Dari pasar global, Ketegangan perdagangan US juga meningkat setelah Trump mengumumkan kenaikan tarif baja dan aluminium dari 25% menjadi 50%. Namun, US Court of International membatalkan kebijakan tarif tersebut. Meski demikian, Pengadilan Banding Federal mengizinkan tarif tetap berlaku sementara hingga proses banding selesai.
Ketegangan US dan China kembali tinggi, Dari pasar global, Ketegangan perdagangan US juga meningkat setelah Trump mengumumkan kenaikan tarif baja dan aluminium dari 25% menjadi 50%. Namun, US Court of International membatalkan kebijakan tarif tersebut. Meski demikian, Pengadilan Banding Federal mengizinkan tarif tetap berlaku sementara hingga proses banding selesai.
Jika ditilik dari internal US terkait data-data ekonomi terbaru, didapatkan Data inflasi US yang dirilis pekan lalu menunjukkan inflasi masih tinggi. Indeks Q1 Core PCE Prices, acuan inflasi jangka panjang The Fed, naik 3.4% pada April 2025 (cons. 3.5%, prev 2.6%). Sementara itu, US GDP Q1 2025 mengalami penurunan menjadi -0.2% (prev. 2.4%) karena melemahnya konsumsi masyarakat.
Lalu kembali ke gedung the Fed, Risalah pertemuan FOMC (6-7 Mei) menunjukkan The Fed masih khawatir inflasi belum terkendali dan tetap di atas target. Beberapa pejabat The Fed bahkan siap untuk menaikkan suku bunga jika inflasi kembali meningkat. Namun, mayoritas sepakat bahwa kebijakan saat ini sudah cukup ketat dan akan menunggu dampaknya terhadap perekonomian.
Sementara itu, Dari pasar domestik, hasil survei 31 ekonom Indonesia oleh Bloomberg menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia pada Q2 2025 diperkirakan akan melambat dengan tumbuh hanya 4.80% (YoY). Inflasi diprediksi naik menjadi 2%, pengangguran mencapai 5% dan defisit transaksi berjalan 1% dari PDB. Sementara itu, Bank Indonesia diprediksi menurunkan suku bunga menjadi 5.25% pada akhir tahun.
Berdasarkan CME FedWatch Tool, ekspektasi pemangkasan suku bunga pertama The Fed sebesar 25 bps di tahun ini berada di bulan September 2025, dengan probabilitas naik per pagi ini di angka 57.10% (prev 1 day 55.70%).
Lalu kembali ke gedung the Fed, Risalah pertemuan FOMC (6-7 Mei) menunjukkan The Fed masih khawatir inflasi belum terkendali dan tetap di atas target. Beberapa pejabat The Fed bahkan siap untuk menaikkan suku bunga jika inflasi kembali meningkat. Namun, mayoritas sepakat bahwa kebijakan saat ini sudah cukup ketat dan akan menunggu dampaknya terhadap perekonomian.
Sementara itu, Dari pasar domestik, hasil survei 31 ekonom Indonesia oleh Bloomberg menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia pada Q2 2025 diperkirakan akan melambat dengan tumbuh hanya 4.80% (YoY). Inflasi diprediksi naik menjadi 2%, pengangguran mencapai 5% dan defisit transaksi berjalan 1% dari PDB. Sementara itu, Bank Indonesia diprediksi menurunkan suku bunga menjadi 5.25% pada akhir tahun.
Berdasarkan CME FedWatch Tool, ekspektasi pemangkasan suku bunga pertama The Fed sebesar 25 bps di tahun ini berada di bulan September 2025, dengan probabilitas naik per pagi ini di angka 57.10% (prev 1 day 55.70%).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar