Kamis, 05 September 2019

Kurs Valas Poundsterling Menguat Setelah Usulan Hard Brexit Boris Johnson Ditolak oleh Parlemen

Hasil voting mengenai Brexit antara Pemerintah versus Parlemen Inggris yang berakhir dimenangkan Parlemen membawa dampak baik bagi mata uang Inggris, tercatat kurs valas poundsterling menguat setelah lebih banyak anggota parlemen menolak usulan Hard Brexit Johnson (328 vs. 301), dimana diketahui bahwa Perdana Menteri Boris Johnson memberikan usulan untuk Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan pada 31 Oktober. Hal ini menjadi perpanjangan waktu untuk negosiasi ulang dengan komisi Uni Eropa, Kurs valas GBP/USD meningkat 1% ke level 1.2196 dan EUR/USD meningkat 0.6% ke level 1.1035. JPY diperdagangkan melemah, dengan USD/JPY menguat 0.2% ke level 106.14. 

Sementara itu Pada perdagangan valas Rabu kemarin (4/9), kurs valas USD melemah setelah New York Federal Reserve President, John Williams, menyatakan "ekonomi melemah dibandingkan perkiraan". Melemahnya pertumbuhan global terlihat dari data manufacturing yang lebih rendah dibandingkan ekspektasi. Komentar John Williams tersebut memberikan ekspektasi pasar bahwa sentral bank akan memangkas suku bunga bulan depan. Berdasarkan hal tersebut, kemarin DXY melemah 0.5% ke level 98,415.

Dari Pasar dalam negeri, kurs Spot USD/IDR kemarin dibuka pada level 14,220/14,225, diperdagangkan dalam rentang  14,160-14,220, dan ditutup pada level 14,160/14,165. JISDOR berada pada level 14,218. 

Update dari pasar obligasi, Kemarin harga SUN Benchmark diperdagangkan menguat 10 – 50 bps. Para pelaku pasar kembali melanjutkan aksi risk – on setelah data ISM Manufacturing Amerika Serikat yang dirilis lebih buruk dari ekspektasi di level 49.1%. Para pelaku pasar kembali menunjukkan ketertarikannya terhadap Higher Yield Assets Emerging Market. Yield US Treasury diperdagangkan naik hampir pada seluruh tenor. 

Spot USD/IDR juga berhasil ditutup menguat hingga 62 poin ke level 14,162.50 dari penutupan kemarin di level 14,225. Berita menggembirakan juga datang dari Hong Kong, setelah Carrie Lam, Perdana Menteri Hong Kong menyatakan untuk menarik Extradition Bill dari China, yang telah membuat kondisi tidak tenang di Hong Kong selama kurang lebih 2 bulan. Hal ini ditanggapi sangat positif oleh para pelaku pasar, dengan berkurangnya tensi geopolitik di kawasan Asia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar