Rabu, 04 September 2019

Mata Uang AUD dan JPY Menguat Terhadap USD, Imbas Data ISM Manufacture PMI AS Kurang Bagus

Pergerakan kurs valas AUD/USD sedikit menguat setelah adanya keputusan dari RBA untuk tidak mengubah suku bunga acuan pada pertemuan central bank  kemarin, namun masih adanya peluang pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan kedepan dikarenakan pertumbuhan ekomomi  pada semester pertama masih lebih rendah dibandingingkan ekspektasi. Sementara itu kurs valas JPY menguat 0.14% ke level USD/JPY 105.95, dari pasar valas Eropa, kurs valas GBP/USD menguat 0.11% di 1,2079 dan EUR/USD turun 0.01% ke level 1,0965

Indeks DXY melemah  sesaat ke level 98.94 setelah rilisnya data ISM Manufacture PMI yang lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar 49,1 vs 51.1 yang merupakan angka terendah sejak tahun 2016. Hal ini mengindikasikan terjadinya kontraksi pasar manufaktur Amerika  dan kemungkinan adanya perlambatan ekonomi Global. Selain itu, Imbal hasil Treasury 10-Tahun turun menjadi 1,472% yang sebelumnya mencapai level terendah dua setengah tahun di 1,429% seiring masih adanya kekhawatiran perang dagang AS-Cina serta ketidakpastian di Eropa atas Brexit dan juga ketidakpastian ekonomi di Amerika Latin.

Sementara itu Dari Pasar Domestik, Spot USD/IDR kemarin dibuka pada level 14,195/14,200, diperdagangkan dalam rentang  14,200-14,236, dan ditutup pada level 14,220/14,230. JISDOR berada pada level 14,225. 

Update pasar obligasi dalam negeri, Harga SBN kembali diperdagangkan melemah 5 - 25 bps, setelah Amerika Serikat dan China pada akhir pekan lalu bersama – sama mengenakan tariff impor tambahan terhadap produk dari masing – masing negara. Dibukanya kembali perdagangan US Treasury setelah hari libur Labor Day US, memberikan sinyal risk-off bagi sebagian besar para pelaku pasar. Yield UST 10 Years yang ditutup pada level 1.49% pada hari Jumat, hari ini diperdagangkan hingga menyentuh level 1.46%. Hal ini membuat nilai tukar Rupiah serta harga SBN tertekan. 

Nilai Tukar USD/IDR hari ini melemah 31 points ditutup pada level 14,225, sementara Indeks Harga Saham Indonesia juga turut melemah 0.46% ke level 6261,59. Dampak dari Perang Dagang juga menyebabkan harga minyak melemah berturut – turut dalam tiga hari terakhir. Dengan harga Crude Oil melemah hingga 1.80% berada di bawah level $55/Barrel. Pemerintah AS dan China masih belum menemukan kepastian kapan pertemuan antara kedua negara tersebut terjadi kembali, untuk membahas penyelesaian dari hubungan perdagangannya. Pelaku pasar akan mengantisipasi rilis data data PMI negara – negara kawasan Asia Regional yang di prediksi mengalami penurunan sebagai akibat dari aksi perang dagang US dan China

Tidak ada komentar:

Posting Komentar