Jumat, 02 November 2018

India, Filipina dan Indonesia paling agresif merespon kenaikan suku bunga The Fed


Kenaikan suku bunga The Fed dimonitor secara ketat oleh beberapa negara di Asia, untuk meminimalisir dampak negatif terhadap ekonomi negara tersebut, terdapat tiga bank sentral di kawasan Asia yang paling aktif dengan menerapkan siklus pengetatan moneter ekonomi, dengan menerapkan kenaikan suku bunga acuan secara bertahap merespon dari kebijakan suku bunga acuan The Fed

Nampaknya The Federal Reserve ada rencana menaikkan suku bunga lagi, mungkin pada bulan Desember akan dinaikkan lagi, dan yang paling dikhawatirkan, akhir-akhir ini tensi dalam perang perdagangan China dengan Amerika Serikat semakin meningkat, agresifitas respon dari bank sentral di India, Indonesia dan Filipina cukup terlihat nyata, dengan langsung merespon menaikkan suku bungan acuan juga hanya hitungan hari mengikuti kenaikan suku bunga The Fed

baca juga: Optimisme zona eropa membuat kurs EUR menguat

Upaya keras dari bank sentral di Indonesia, India dan Filipina terus dilakukan, sudah berjalan selama berbulan-bulan untuk mempertahankan pelemahan mata uang mereka, dan tentunya untuk mempertahankan capital outflow secara besar-besaran, selain pada sisi pelemahan mata uang, juga pelemahan sektor saham dan bonds menjadi perhatian khusus

baca juga: Prediksi kurs Dollar Rupiah

Dilaporkan dari Bloomberg, Donald Trump sudah ancang-ancang untuk meningkatkan tarif dagangnya dengan China, Amerika Serikat mengatakan akan mempersiapkan untuk rilis pengumuman tarif pada semua impor Cina yang tersisa pada awal Desember jika pembicaraan dengan Beijing gagal mencapai kesepakatan

Tercatat dari pergerakan kurs mata uang negara India (Rupee) dan Indonesia (Rupiah) termasuk mata uang yang paling terpukul dari aksi jual yang mengguncang pasar negara berkembang tahun ini. Rupee India jatuh sekitar 13 persen terhadap US dolar sementara Rupiah Indonesia turun lebih dari 10 persen.

baca juga: Inilah penyebab tren investasi di Indonesia melambat

Sementara itu, Indonesia dan Filipina cenderung mengikuti perkembangan suku bunga acuan The Fed yang paling intens karena mereka memiliki tingkat utang yang relatif rendah dan membutuhkan pembiayaan luar negeri untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi




Tidak ada komentar:

Posting Komentar