Senin, 25 Juli 2022

Ekonomi AS dan Eropa Menuju Resesi, Rupiah Kena Sentimen Negatif


Tren kenaikan suku bunga imbas tingginya inflasi di AS masih menjadi sorotan pelaku pasar, Dari pasar saham US, Wall Street ditutup melemah,indeks Dow Jones turun 0,43%, Nasdaq turun 1,77%, dan S&P 500 turun 0,93%. Pelemahan tersebut terjadi setelah beberapa perusahaan teknologi khususnya pada bidang media sosial dan periklanan yang mengumumkan laporan pendapatannya yang tidak sesuai dengan ekspektasi pasar. 

Apakah efektifitas beriklan di jaringan sosial media kurang menarik lagi ? perlu bahasan lebih dalam lagi tentunya, namun yang menjadi highlight memang banyak dari para pengguna agensi periklanan jasa media sosial dan periklanan via sosial media secara langsung saat ini mengurangi pengeluaran mereka dalam kondisi trend kenaikan suku bunga dan lonjakan inflasi, dan juga kondisi saat ini karena sedang berjuang dalam hal pemenuhan tenaga kerja dan juga gangguan pada rantai pasokan. 

Sebuah survei pada hari jumat kemarin menunjukan aktivitas bisnis di US mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam 2 tahun terakhir ini, hal ini menambah kekhawatiran terkait ekonomi yang tampak nyata terhambat akibat inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga, dan berkurangnya kepercayaan dari konsumen. 

Hal tersebut membuat para investor menjadi khawatir akan prospek ekonomi dari perusahaan di masa yang akan datang. Semua mata pelaku pasar saat ini sedang tertuju pada pertemuan The Fed terkait dengan kebijakan suku bunga, rilisnya data PDB US serta rilisnya laporan pendapatan dari perusahaan raksasa dunia yang semuanya akan terjadi pada minggu ini. Pelaku pasar saat ini sangat yakin akan adanya kenaikan suku bunga The Fed sebesar 75 bps, sementara PDB US diprediksi akan kembali negatif yang dapat memastikan US akan masuk ke dalam jurang resesi.

Sementara itu dari benua biru Eropa, pada hari jumat kemarin telah rilis beberapa data antara lain retail sales dan PMI di UK, PMI di Jerman dan PMI di Eropa secara keseluruhan. Volume retail sales di UK turun tipis sebesar 0.1% pada bulan juni kemarin, melampaui ekspektasi sebesar 0.3%. Penurunan tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh masyarakat yang membatasi penggunaan bahan bakar akibat dari kenaikan harga minyak dunia. 

Sementara itu data PMI di UK pada bulan juli menunjukan adanya pertumbuhan bisnis yang sangat lambat dalam 17 bulan terakhir akibat dari biaya tenaga kerja yang tinggi dan penurunan mata uang Poundsterling. Hal tersebut terlihat dari angka PMI yang turun ke 52,8 dari 53,7 pada periode sebelumnya. Walaupun angka tersebut sedikit lebih tinggi dari yang diekspektasikan pasar, tetapi tetap tidak banyak membantu menghilangkan kekhawatiran bahwa ekonomi akan mulai berkontraksi pada akhir tahun ini akibat dari pengaruh perang Rusia-Ukraina dan efek samping dari Brexit yang telah merusak kinerja perdagangan UK. Senada dengan data PMI di UK, rilis data PMI di Jerman dan Eropa secara keseluruhan juga menunjukan adanya pertumbuhan bisnis yang sangat lambat dengan angka PMI bulan juli yang turun dari periode sebelumnya. 

Angka tersebut bahkan di bawah 50 yang mengindikasikan akan adanya kontraksi ekonomi yang diperkirakan terjadi pada kuartal ketiga tahun ini. Sementara itu, Presiden European Central Bank Christine Lagarde dalam sebuah kesempatan pada hari jumat kemarin kembali menekankan bahwa ECB akan terus menaikan suku bunga hingga inflasi dapat turun ke level yang ditargetkan yakni sebesar 2%.

Mencermati indeks USD (DXY) pada perdagangan hari jumat kemarin ditutup melemah turun sedikit ke level 106,54 dari level 106,61 pada penutupan hari sebelumnya. Pelemahan USD masih terjadi pasca ECB mengumumkan kenaikan suku bunganya pada hari kamis minggu lalu dan BoJ yang mengumumkan tidak akan menaikan suku bunganya.

Dari pasar komoditi, Harga minyak pada perdagangan hari kemarin mencatatkan pelemahan dimana Brent Oil turun ke level 103,20 USD/barel dan WTI Oil turun ke level 94,70 USD/barel. Harga WTI Oil berada di bawah 95 USD/barel untuk pertama kalinya sejak bulan april, setelah Uni Eropa mengatakan akan mengizinkan perusahaan Rusia untuk mengirimkan pasokan minyak ke negara-negara dunia ketiga. WTI sebelumnya juga melemah setelah rilis data dari US yang menunjukan adanya penurunan permintaan bahan bakar yang mencapai hampir 8% pada puncak musim panas tahun ini.

Sebagai tambahan, hari ini akan rilis beberapa data yang dapat memicu sentimen global antara lain CPI Singapore, German Business expectation, German lfo Business Climate Index, dan CBI Industrial Trend Orders UK.

Bagaimana prediksi kurs Dollar Rupiah, Pada penutupan hari kemarin Rupiah dibuka di 15.035 dan diperdagangkan dalam rentang 15.015 sampai dengan 15.040 kemudian ditutup di 15.017,5 atau menguat sebesar 15 poin dari level 15.032,5 pada penutupan di hari sebelumnya.

Pagi ini DXY berada pada level 106,67, sementara US Treasury 10Yr yield berada pada level 2,79. Berdasarkan berita yang disampaikan sebelumnya, diprediksi hari ini sentimen risk off dengan DXY melemah, Wall Street melemah, dan US10Y yield melemah. Prediksi kurs Dollar Rupiah akan bergerak dalam range 14.980 - 15.070

Tidak ada komentar:

Posting Komentar