Jumat, 20 Maret 2020

Mata Uang US Dollar Menjadi Favorit Para Pelaku Pasar Ditengah Ancaman Krisis Imbas Coronavirus

Coronavirus terus jadi momok ekonomi dunia, Mata uang USD masih menjadi favorit para investor sebagai aset safe haven di tengah kekhawatiran jatuhnya perekonomian global karena coronavirus, meskipun bank-bank sentral dunia telah mengambil kebijakan memangkas suku bunga untuk meredakan tekanan pasar financial. 

US Dollar indeks atau disebut DXY, yang mengukur kekuatan USD terhadap enam mata uang utama lainnya, menguat 1.4% ke level 102.57, level tertinggi sejak 2017. Poundsterling sempat diperdagangkan menguat ke posisi 1.1700 setelah Bank of England memangkas suku bunga acuan ke level 0.1%, dan menambah program pembelian obligasi, meskipun demikian GBP kembali melemah terhadap USD. Reserve Bank of Australia kemarin juga turut memangkas suku bunga acuan ke level terendah 0.25%, menambah kekhawatiran resesi ekonomi di negara tersebut. EUR/USD melemah 2.15% ke level  0.9384, dan GBP/USD melemah ke posisi 1.1515. AUD/USD turun ke posisi 0.5782, sedangkan USD/JPY menguat ke level 111.15.

Sementara itu Dari Pasar Domestik, Spot USD/IDR kemarin dibuka pada level 15,350/15,360, diperdagangkan pada rentang 15,360-16,270 dan ditutup pada level 15,900/15,925. JISDOR berada pada level 15,912.5.

Ditengah ancaman krisis moneter yang terus membayangi akibat Coronavirus, prinsip Cash is the king mulai diadaptasi para pelaku pasar, demikian pernyataan yang disampaikan oleh Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia pada pembacaan keputusan hasil Rapat Dewan Gubernur BI kemarin (19/03/2020). Di tengah tantangan serta ketidakpastian akibat dampak virus Corona di Indonesia, investor global melepas asetnya baik Surat Berharga Negara (SBN) maupun saham dan beralih kepada mata uang US Dollar. Hal ini dilakukan oleh para investor melihat pengingkatan tinggi premi risiko dari Emerging Market, salah satunya adalah Indonesia.

Terbukti aliran dana dari investor asing keluar atau Outflow dana asing membuat nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar melemah 695 poin ke level 15,912.50, setelah sebelumnya spot USD/IDR sempat menyentuh angka 16,250, level tertinggi semenjak tahun 1998. 

Bank Indonesia tidak tinggal diam, Pada RDG Bank Indonesia kemarin, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI-7DRR sebesar 25bps menjadi 4.50%. Suku bunga Deposit Facility (DF) dan Lending Facility (LF) juga turun 25bps menjadi 3.75% dan 5.25%. Perry Warjiyo juga membacakan 7 langkah makroprudensial untuk dari BI untuk menjaga kepercayaan investor terhadap pasar keuangan Indonesia. Dinyatakan dengan tegas bahwa BI akan selalu berada dipasar dan konsisten menjaga pasar keuangan Indonesia dengan menjalan triple intervention secara maksimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar