Minggu, 15 Maret 2020

Perlu Sekitar 11 Tahun untuk Recovery Ekonomi Global Dari Resesi Imbas Coronavirus

Recovery Ekonomi Global Dari Resesi Imbas Coronavirus

Coronavirus masih terus menyebar dan mematikan, dampak terhadap ekonomi dunia sungguh sangat terasa, dilansir dari CNBC Ekonom dari Goldman Sachs menyatakan ekonomi AS tampaknya memasuki masa resesi yang disebabkan oleh corona virus yang mungkin telah dimulai hanya beberapa bulan dari sekarang

Dampak sistemik akan melanda Amerika Serikat, begitu pun dengan negara berkembang "Secara keseluruhan, perubahan yang mendasari perubahan total tampak terlihat massive dan utuh, dan kami melihat ekonomi secara struktural lebih rentan terhadap resesi yang disebabkan coronavirus, dan lebih berat dampaknya dibanding kan era "Black Swan", tulis ekonom Goldman Jan Hatzius dan David Mericle.

Kapan akan terjadi recovery Ekonomi ??? , menurut mereka, akan stabil setelah 11 tahun ke depan, “Sementara risiko baru dapat muncul, sumber utama resesi baru-baru ini yaitu guncangan harga minyak, turun secara drastis, hampir seperti peristiwa tahun 1991, inflasi yang berlebihan, dan Ketidakseimbangan pasar keuangan - tampaknya terlalu memprihatinkan untuk saat ini."

Berbagai data ekonomi muncul dengan layu dan menyedihkan, press release dari pendapatan perusahaan yang terbilang datar, data manufaktur yang lemah, beban utang perusahaan yang sangat tinggi karena keuntungan tidak sesuai harapan untuk melunasi hutang-hutang, dan jangan lupa akan ada kemungkinan kebangkitan perang perdagangan AS-Tiongkok,

Kekhawatiran yang lain yaitu siklus pemilu di AS yang berpotensi memecah belah. Dan untuk sesaat, kekhawatiran utama adalah prospek perang dengan Iran setelah serangan udara yang menewaskan Qasem Soleimani, seorang jenderal besar Iran di Korps Pengawal Revolusi Islam.

"Semua ini adalah sebuah game changer yang akan mengaburkan segalanya," kata Greg Valliere, kepala strategi kebijakan A.S. di AGF Investments. "Ada alasan untuk anda semua, untuk sangat berhati-hati di pasar saham."

sumber : google news, yahoo finance

Tidak ada komentar:

Posting Komentar