Selasa, 16 Februari 2016

Neraca perdagangan Indonesia surplus, Rupiah melanjutkan penguatannya

Rupiah menguat setelah rilisnya data penting Indonesia, yaitu Neraca Perdagangan Indonesia Januari 2016 yang Mencatat Surplus USD 51 juta

Sesuai data dari Badan Pusat Statistik, Neraca perdagangan Indonesia di bulan Januari 2016 mencatat surplus USD 51 juta setelah mengalami defisit USD 161 juta pada Desember 2015. hal ini tercermin dari data ekspor impor, Untuk nilai impor Januari 2016 secara keseluruhan turun 17,15% menjadi USD10,45 miliar, demikian juga dengan nilai ekspor turun 20,72% menjadi USD 10,5 miliar.

Berita baik ini sangat membantu penguatan rupiah dalam jangka pendek, Suplus neraca perdagangan ini lebih baik dari nilai konsensus pasar yang menyebutkan defisit USD 241 juta dan ekspektasi tim ekonomi Mandiri defisit USD 382 juta. Perbaikan neraca perdagangan tersebut dikarenakan tingginya penurunan impor dibandingkan ekspor.

Penguatan Rupiah juga didukung oleh turunnya defisit neraca perdagangan migas. Defisit neraca perdagangan migas turun dari USD 500 juta menjadi USD 110 juta di Januari 2016. Perbaikan neraca perdagangan migas tersebut dipengaruhi oleh penurunan impor migas sebesar 32,10% (MoM) atau mencapai USD1,22 miliar. Nilai ini melampaui penurunan ekspor migas sebesar 14,81% (MoM).

Lalu bagaimana dengan data perdagangan non migas, Di sisi lain, neraca perdagangan nonmigas Januari 2016 masih mencatat suplus sebesar USD 160 juta. Nilai ini masih lebih rendah dibandingkan dengan surplus di Desember 2015 sebesar USD 340 juta. Penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas disebabkan oleh penurunan ekspor nonmigas sebesar 11,52% (MoM) lebih besar dibandingkan penurunan impor nonmigas sebesar 10,22% (MoM).

Penurunan ekspor nonmigas Januari 2016 terhadap Desember 2015 terbesar terjadi pada ekspor lemak dan minyak hewan/nabati nilai sebesar USD327 juta (20,15%), disusul kemudian dengan bahan bakar mineral, pakaian jadi bukan rajutan, bijih, kerak, dan abu logam, dan timah. Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada perhiasan/permata sebesar USD128,8 juta (50,02%). 

Berdasarkan data BPS pengelompokan menurut sektornya ekspor non migas hasil industri pengolahan Januari 2016 mengalami penurunan sebesar 15,53% (MoM). Untuk ekspor hasil tambang dan lainnya mengalami penurunan 25,14%, dan ekspor hasil pertanian turun sebesar 6,64%.

Sedangkan menurut provinsi asal barangnya ekspor Indonesia Januari 2016 terbesar berasal dari Jawa Barat dengan nilai sebesar USD1,98 miliar (18,82%), diikuti Jawa Timur USD1,29 miliar (12,24%) dan Kalimantan Timur USD1,12  miliar (10,69%).

Menurut pemerintah kondisi perekonomian saat ini mulai membaik meskipun belum sesuai dengan ekspektasi. 

Oleh karena itu diharapkan pelaku usaha tidak cemas melihat tren penurunan impor barang modal. Ke depannya tim ekonomi Bank Mandiri mengekspektasikan pertumbuhan GDP di 2016 sebesar 5% (YoY) ditengah ketidakpastian ekonomi global.  

Source: Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, Bank Mandiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar