Senin, 12 Agustus 2019

Inilah 3 Penyebab Utama Kurs Poundsterling Terus Melemah

Kurs valas Poundsterling melemah 33 poin ke level 1.2087 dari 1.2110 dan memasuki trend pelemahan, sebenarnya ada beberapa data ekonomi yang cukup penting untuk dipertimbangkan, Namun yang utama adalah ada 3 penyebab terus melemahnya kurs valas Poundsterling yaitu data GDP Q2 Inggris turun 0.2%,  data manufaktur bulan Juni yang dirilis lebih buruk dari ekspektasi pasar (-0.2%) dan juga rencana partai oposisi berencana mengajukan mosi tidak percaya setelah berakhirnya masa reses parlemen di awal September yang dapat membuat PM Inggris yang baru Boris Jhonson turun dari jabatannya. 

Kurs valas Euro terindikasi akan bergerak turun dalam jangka pendek di tengah kekhawatiran pasar terhadap perkembangan politik terbaru di Italia dimana terjadi friksi dalam koalisi pemerintahan setelah pejabat partai Lega Nords menekankan bahwa satu-satunya alternatif bagi masalah pemerintahan saat ini adalah pemilu yang baru, di tengah sedang dibicarakan masalah perombakan kabinet dan/atau pemerintahan teknis. 

Lalu dari pasar forex Asia pasifik, kurs valas Aussie dollar mengalami pelemahan setelah Presdien RBA Phillip Lowe menyatakan kesiapan pemotongan suku bunga untuk mencapai target inflasi dan tenaga kerja.

Sementara itu dari dalam negeri kurs Spot USD/IDR dibuka pada level 14,200/14,210, diperdagangkan dalam rentang 14,180/14,210, dan ditutup pada level 14,185/14,195. JISDOR berada pada level 14,195. Pada perdagangan Jumat (09/08) harga SUN benchmark diperdagangkan mixed 15 – 65 bps dengan yield SUN benchmark 10Yr (FR0078) ditutup pada level 7.31% dan dengan penguatan Rupiah ke level 13,685. Efek penguatan pada hari ini masih pada dampak trade balance dari China pada hari kemarin yang keluar lebih baik dr ekspetasi USD 45.06 miliar, denga ekspor tumbuh 3.3% dan impor turun 5.6%. Pada pertengahan perdagangan hari ini, harga SBN sempat melemah akibat keluarnya data trade balance dari Indonesia. 

Berita buruk tentang ekonomi Indonesia mengancam penguatan kurs Rupiah dan sektor saham dalam negeri, Bank Indonesia mengumumkan transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II-2019 yang membukukan defisit sebesar USD 8.4 miliar atau setara 3.04% dari PDB Indonesia. Angka tersebut naik dari kuartal I-2019 pada level USD 7 miliar (2.6% dari PDB). Secara yoy defisit pada kuartal II juga lebih besar dibandingkan tahun lalu di kuartal yang sama pada level USD 7.9 miliar (3.01% dari PDB). Secara akumulatif, data neraca pembayaran Indonesia pada kuartal II-2019 juga pada level defisit USD 1.98 miliar.

Dari pasar obligasi dalam negeri, Pemerintah membuka masa penawaran Sukuk Negara Tabungan (ST) 005 dengan tingkat kupon final sebesar 7.40% per tahun yang memiliki tenor 2 tahun dan akan jatuh tempo 10 Agustus 2021 dengan target inidikatif sebesar IDR 2 triliun. Masa penawaran akan buka dari tanggal 8 -21 Agustus 2019 dengan minimum pemesanan 1 juta rupiah dan maksimal sebesar 3 miliar rupiah. Kupon sebesar 7.40% berasal dari suku bunga 7DRRR ditambah dengan spread sebesar 165 bps dengan tingkat suku bunga kupon yang mengambang atau floating with floor. Pada tahun ini dan tahun depan pemerintah berencana untuk menerbitkan 10 kali SBN Ritel kecuali bulan ramadhan kemarin dan pada akhir tahun.

#pasarobligasi #kursvalas #SukukNegaraTabungan #PerangDagang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar