Jumat, 28 Desember 2018

Bagaimana Prediksi Kurs USD, JPY, EUR di 2019? Berikut Analisanya...


Prediksi pergerakan kurs di tahun depan nampaknya masih berfluktuasi, banyak mata uang sulit diprediksi arah gerakannya pada tahun depan. Tensi perang taruf dagang antara US vs China dan mungkin meluas ke US vs Eurozone, serta meningkatnya risiko geopolitik di beberapa negara menjadi faktor penentu pergerakan mata uang ke depannya. Ekonomi proteksionis ala Trump masih menjadi headline para investor dalam menentukan keputusan bisnisnya

baca juga: Perkembangan baru perang tarif dagang US vs China

Namun, Japanese Yen Jepang adalah salah satu dari sedikit mata uang yang diperkirakan tetap konsisten di tahun mendatang. Meskipun gejolak ekonomi dan ancaman baru dapat muncul kapan saja, Jepang tetap teguh dalam kebijakan moneter dan menghindari konflik perdagangan dengan negara-negara lain. Selanjutnya, posisi Perdana Menteri Shinzo Abe dalam kepemimpinan tampaknya masih aman. Tren terbaru menunjukkan Yen Jepang adalah pilihan utama sebagai safe haven currency bagi investor yang cenderung ingin main aman dan konservatif, tapi Ekonomi Jepang masih dilanda deflasi dan belum ada tanda-tanda membaik, tentunya otoritas harus merilis lebih banyak lagi stimulus moneter dalam sistem ekonomi internal mereka

Bagaimana dengan Dolar AS, mau tidak mau, suka tidak suka, US Dollar adalah sumber gejolak fundamental makroekonomi global. Menjelang akhir 2018, perubahan arah kebijakan Fed Fund Rate yang cenderung dovish diperlihatkan oleh pejabat Federal Reserve secara tak terduga. Hal ini membuat pelaku pasar mempertimbangkan ulang arah gerakan pasar obligasi US Treasury tenor panjang, dan juga kenaikan suku bunga yang direncanakan terjadi sebanyak tiga kali pada 2019 mungkin akan berubah. Sikap dovish The Fed bisa menjadi pertimbangan pelaku pasar forex mengambil posisi Short USD/JPY

baca juga: Perlambatan ekonomi global masih berlanjut

Namun opini yang lain nampaknya juga perlu dipertimbangkan, Jika The Fed berusaha mengurangi likuiditas dolar yang beredar di pasar melalui pengurangan neraca, hal ini tentunya posisi US Dollar terhadap mata uang lainnya akan bullish secara fundamental (karena pasokan lebih sedikit, harga tentu naik lebih tinggi). The Fed juga hanya menurunkan proyeksi frekuensi kenaikan suku bunga hanya dari 3 kali ke 2 kali, tetapi perlu dijadikan perhatian bahwasanya 6 pejabat The Fed tetap menginginkan 3 kali kenaikan di 2019, sedangkan 5 pejabat lainnya tetap menginginkan 2 kenaikan di 2019

baca juga: India, Filipina dan Indonesia Agresif merespon kenaikan suku bunga The Fed

Hal ini membuat proyeksi kenaikan Fed Fund Rate setidaknya terjadi 2 kali di tahun depan. Perlu diketahui juga bahwa The Fed memproyeksikan ekonomi Amerika Serikat akan tumbuh lebih baik pada 2019, bukankah ini menjadikan kurs US dollar pada posisi bullish di tahun depan?

Sedangkan dari Eurozone, bank sentral menghentikan QE (program pembelian surat hutang) mereka, hal ini sesuai proyeksi bank sentral akan segera meninggalkan era kelonggaran moneter dengan dihentikannya quantitative easing menuju keseimbangan ekonomi baru di Eurozone, sedikit demi sedikit EUR akan bullish meski tetap dibawah tekanan US Dollar