Pages - Menu

Contact Us

Jumat, 28 Desember 2018

Bagaimana Prediksi Kurs USD, JPY, EUR di 2019? Berikut Analisanya...


Prediksi pergerakan kurs di tahun depan nampaknya masih berfluktuasi, banyak mata uang sulit diprediksi arah gerakannya pada tahun depan. Tensi perang taruf dagang antara US vs China dan mungkin meluas ke US vs Eurozone, serta meningkatnya risiko geopolitik di beberapa negara menjadi faktor penentu pergerakan mata uang ke depannya. Ekonomi proteksionis ala Trump masih menjadi headline para investor dalam menentukan keputusan bisnisnya

baca juga: Perkembangan baru perang tarif dagang US vs China

Namun, Japanese Yen Jepang adalah salah satu dari sedikit mata uang yang diperkirakan tetap konsisten di tahun mendatang. Meskipun gejolak ekonomi dan ancaman baru dapat muncul kapan saja, Jepang tetap teguh dalam kebijakan moneter dan menghindari konflik perdagangan dengan negara-negara lain. Selanjutnya, posisi Perdana Menteri Shinzo Abe dalam kepemimpinan tampaknya masih aman. Tren terbaru menunjukkan Yen Jepang adalah pilihan utama sebagai safe haven currency bagi investor yang cenderung ingin main aman dan konservatif, tapi Ekonomi Jepang masih dilanda deflasi dan belum ada tanda-tanda membaik, tentunya otoritas harus merilis lebih banyak lagi stimulus moneter dalam sistem ekonomi internal mereka

Bagaimana dengan Dolar AS, mau tidak mau, suka tidak suka, US Dollar adalah sumber gejolak fundamental makroekonomi global. Menjelang akhir 2018, perubahan arah kebijakan Fed Fund Rate yang cenderung dovish diperlihatkan oleh pejabat Federal Reserve secara tak terduga. Hal ini membuat pelaku pasar mempertimbangkan ulang arah gerakan pasar obligasi US Treasury tenor panjang, dan juga kenaikan suku bunga yang direncanakan terjadi sebanyak tiga kali pada 2019 mungkin akan berubah. Sikap dovish The Fed bisa menjadi pertimbangan pelaku pasar forex mengambil posisi Short USD/JPY

baca juga: Perlambatan ekonomi global masih berlanjut

Namun opini yang lain nampaknya juga perlu dipertimbangkan, Jika The Fed berusaha mengurangi likuiditas dolar yang beredar di pasar melalui pengurangan neraca, hal ini tentunya posisi US Dollar terhadap mata uang lainnya akan bullish secara fundamental (karena pasokan lebih sedikit, harga tentu naik lebih tinggi). The Fed juga hanya menurunkan proyeksi frekuensi kenaikan suku bunga hanya dari 3 kali ke 2 kali, tetapi perlu dijadikan perhatian bahwasanya 6 pejabat The Fed tetap menginginkan 3 kali kenaikan di 2019, sedangkan 5 pejabat lainnya tetap menginginkan 2 kenaikan di 2019

baca juga: India, Filipina dan Indonesia Agresif merespon kenaikan suku bunga The Fed

Hal ini membuat proyeksi kenaikan Fed Fund Rate setidaknya terjadi 2 kali di tahun depan. Perlu diketahui juga bahwa The Fed memproyeksikan ekonomi Amerika Serikat akan tumbuh lebih baik pada 2019, bukankah ini menjadikan kurs US dollar pada posisi bullish di tahun depan?

Sedangkan dari Eurozone, bank sentral menghentikan QE (program pembelian surat hutang) mereka, hal ini sesuai proyeksi bank sentral akan segera meninggalkan era kelonggaran moneter dengan dihentikannya quantitative easing menuju keseimbangan ekonomi baru di Eurozone, sedikit demi sedikit EUR akan bullish meski tetap dibawah tekanan US Dollar

Kurs Safe Haven JPY dan CHF Menguat, Fluktuasi Pasar Saham Amerika Masih Tinggi

Trade War US-China yang sempat mereda saat ini kembali bergejolak, Kekhawatiran baru terhadap tensi dagang Amerika-China kembali timbul setelah pemerintahan Presiden Trump mempertimbangkan keadaan darurat nasional yang akan melarang perusahaan Amerika untuk menggunakan teknologi Huawei. Mengakibatkan fluktuasi pasar saham Wallstreet tetap tinggi

Sementara itu data ekonomi China Industrial Profit pada November dirilis terendah (-1.8%) dalam tiga tahun terakhir menunjukkan meningkatnya risiko pada negara ekonomi terbesar kedua tersebut.  Dolar indeks DXY turun 0.61% ke level 96.46 pada akhir sesi Amerika. EUR/USD menguat ke level 1.1450, GBP/USD stabil di level 1.2647, dan AUD/USD melemah ke level 0.7021 terkait penurunan harga minyak dunia. Mata uang safe haven JPY diperdagangkan menguat ke level 110.73 terhadap USD, Swiss Franc CHF juga menguat ke level 0.9860 per USD,

Sedangkan Dari Pasar Forex Global, USD diperdagangkan melemah terhadap major currencies lainnya di tengah aksi investor yang kembali beralih pada mata uang safe haven terkait sesi perdagangan saham Amerika yang kembali volatil. Dow Jones kembali turun 611 poin dan S&P 500 turun 2.8%, menunjukkan ketidakstabilan pasar saham dan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global  turut menekan Dolar.

Rilis Data untuk hari ini (Survey/Prior):
- GE CPI MoM (0.3%/0.1%)
- GE CPI YoY (1.9%/2.3%)
- GE CPI EU Harmonized MoM (0.4%/0.1%)
- GE CPI EU Harmonized YoY (1.9%/2.2%)
- US Chicago Purchasing Manager (60.3/66.4)
- US Pending Home Sales MoM (1.0%/-2.6%)

Dari Pasar Domestik, Spot USD/IDR kemarin dibuka pada level 14,560/14,570, diperdagangkan dalam rentang 14,555-14,592, dan ditutup pada level 14,555/14,565. JISDOR berada pada level 14,563. Kemarin harga SUN benchmark ditutup menguat 35 - 45 bps, bersamaan dengan penguatan indeks saham Asia dan AS yang mayoritas ditutup menguat 1% - 5%. Sentiment investor berbalik untuk masuk ke aset yang lebih berisiko pasca adanya pernyataan dari penasehat ekonomi pemerintah AS bahwa presiden Donald Trump tidak akan memecat FED Chairman, Jerome Powell. Donald Trump juga menyatakan bahwa dirinya masih percaya terhadap Powell dan The FED, meskipun Bank Sentral AS dianggap menaikan suku bunga acuan yang teralu cepat. Kemarin SUN 10Yrs (FR0064) ditutup pada level 7.96%, sementara itu US Treasury 10Yrs sempat diperdagangkan ke level 2.80% sebelum kembali turun ke level 2.76%. Berdasarkan data DJPPR, hingga tanggal 26 Desember 2018 kepemilikan asing atas surat berharga Pemerintah Indonesia tercatat naik sebesar IDR 57.28 Triliun menjadi IDR 893.43 Triliun atau equivalen 37.72% dari total outstanding surat berharga Pemerintah Indonesia.

Prediksi Kurs US Dollar terhadap Rupiah di Kisaran 14520/14580


Info kurs valas hari ini US dollar terhadap Rupiah dibuka di level 14540/14580, Indikasi kurs Valuta Asing, 28 Desember 2018, pukul 08.05 WIB:
USD/IDR: 14530/14560
EUR/IDR: 16620/16670
GBP/IDR: 18375/18440
JPY/IDR: 130.95/131.45
AUD/IDR: 10230/10260
SGD/IDR: 10600/10630
CNH/IDR: 2112/2125

Indikasi FORWARD USD/IDR
1Week: 14539/14570
2Weeks: 14548/14581
1Month: 14580/14615
2Months: 14613/14663
3Months: 14665/14715

Kurs tersebut merupakan indikasi dan dapat berubah sewaktu -waktu.

Kamis, 27 Desember 2018

Kurs USD Menguat Tipis Imbas Tensi Trade War Mereda dan Pasar Saham Dow Jones Menguat

Kembalinya penguatan indeks saham Dow Jones membuat pelemahan kurs US Dollar beberapa hari ini mereda, dilaporkan dari Pasar FX Global, USD diperdagangkan menguat terhadap major currencies lainnya pada akhir sesi Amerika Rabu (26 Des), dipengaruhi meredanya tensi dagang US-Cina, dan rilis data ekonomi Amerika yang cukup baik, mendorong penguatan saham wall street dan yield US Treasury. Penguatan indeks saham Dow Jones lebih dari 1000 poin untuk pertama kalinya kemarin meredakan tekanan terhadap kurs USD terkait perlambatan pertumbuhan ekonomi dan penutupan pemerintahan Amerika. 


baca juga: BI optimis defisit neraca dagang terjaga di 3% terhadap PDB tahun ini

Tim perdagangan Amerika diberitakan akan berangkat menuju Beijing pada 7 Januari untuk melakukan pembicaraan dengan pejabat Cina. Data penjualan pada libur Amerika akhir pekan lalu meningkat 5.1% pada posisi lebih dari USD 850 miliar, level tertingggi dalam 6 tahun terakhir. Dolar indeks DXY menguat 0.5% ke level 96.91. Euro diperdagangkan pada level 1.1362 per USD setelah melemah 0.1%. GBP/USD melemah 0.4% ke level 1.2650. Penguatan harga minyak dunia meredakan tekanan terhadap mata uang komoditas dan membuat CAD menguat 0.15% ke level 1.3572 per USD. USD/JPY berada pada level 111.10.

Rilis Data untuk hari ini (Survey/Prior):
- JP Housing Starts YoY (-0.1%/0.3%)
- US Initial Jobless Claims (216k/214k)
- US Continuing Claims (1675k/1688k)
- US FHFA House Price Index MoM (0.3%/0.2%)
- US Bloomberg Consumer Comfort (-/58.8)
- US Conference Board Consumer Confidence (133.7/135.7)

Sedangkan dari Pasar Domestik, Spot USD/IDR kemarin dibuka pada level 14,575/14,605, diperdagangkan dalam rentang 14,575-14,610, dan ditutup pada level 14,570/14,580. JISDOR berada pada level 14,602. Sehari setelah libur natal, harga SUN benchmark ditutup melemah 10 – 50 bps, dimana SUN 10Yrs (FR0064) ditutup pada level 8.04%. Libur nya pasar Hongkong dan London membuat aktivitas perdagangan SUN di pasar domestik tidak teralu aktif. Berdasarkan data dari Bursa Efek, volume transaksi outright di pasar sekunder hanya tercatat sebesar IDR 6.82 Triliun.

baca juga: Bank sentral Eropa akan hentikan program pembelian surat hutang

Dari pasar global, yield US Treasury 10Yrs diperdagangkan pada level 2.72% atau turun 7 bps dari penutupan hari Jumat. Sentiment risk off di pasar global terjadi setelah adanya isu pemecatan FED Chairman, Jerome Powell oleh president Donald Trump serta adanya penutupan kantor pemerintah AS sejak hari Sabtu kemarin. Kementrian keuangan mengumumkan rencana lelang pertamanya di tahun 2018, yang akan diselenggarakan pada tanggal 03 Januari 2019

Prediksi Kurs US Dollar Terhadap Rupiah di Kisaran 14550/14600


Info kurs valas hari ini Indikasi kurs Valuta Asing 27 Desember 2018, pukul 08:40 WIB:

USD/IDR: 14540/14580
EUR/IDR: 16560/16595
GBP/IDR: 18420/18485
JPY/IDR: 131.20/131.60
AUD/IDR: 10290/10335
SGD/IDR: 10524/10608
CNH/IDR: 2080/2135

Indikasi FORWARD USD/IDR
1Week: 14559/14590
2Weeks: 14570/14602
1Month: 14600/14635
2Months: 14650/14690
3Months: 14705/14750

Rabu, 26 Desember 2018

Prediksi Kurs US Dollar Terhadap Rupiah di Kisaran 14560/14620


Info kurs valas hari ini, kurs US dollar terhadap Rupiah dibuka di level 14580/14610, prediksi kurs US dollar terhadap Rupiah dikisaran 14560/14620,

Indikasi kurs Valuta Asing, 26 Desember 2018, pukul 08.15 WIB:
USD/IDR: 14580/14630
EUR/IDR: 16615/16676
GBP/IDR: 18490/18570
JPY/IDR: 131.70/132.25
AUD/IDR: 10275/10320
SGD/IDR: 10620/10670
CNH/IDR: 2110/2130

Indikasi FORWARD USD/IDR
1Week: 14594/14626
2Weeks: 14602/14635
1Month: 14641/14676
2Months: 14700/14740
3Months: 14736/14786

Kurs US Dollar Masih Melemah, Imbas Aksi Jual di Pasar Saham


Kurs USD diperdagangkan melemah pada akhir sesi Amerika Serikat Senin (24 Desember) terkait kekhawatiran pelaku pasar akan perlambatan ekonomi dan aksi jual pada pasar ekuitas. kurs Dollar Amerika sudah menunjukkan tanda pelemahan sejak The Fed menyatakan outlook yang lebih dovish terkait kenaikan suku bunga pada tahun mendatang. Investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga yang terlalu cepat dapat membahayakan perekonomian dan mengganggu pendapatan perusahaan-perusahaan di Amerika. 


Sementara itu US Treasury Secretary, Steven Mnuchin, memanggil enam bank terbesar Amerika dalam rangka menstabilkan pasar pada akhir pekan lalu, namun hal tersebut menimbulkan kekhawatiran baru terkait perekonomian Amerika. Dolar indeks DXY turun 0.32% ke level 96.64 pada akhir sesi. EUR/USD diperdagangkan menguat 1.1398, GBP diperdagangkan menguat 1.2704 terhadap USD. AUD/USD melemah ke level 0.7041. USD/JPY melemah ke level 111.29.

Sedangkan dari Pasar Domestik, kurs Spot USD/IDR kemarin dibuka pada level 14,480/14,490, diperdagangkan dalam rentang 14,460-14,575, dan ditutup pada level 14,550/14,560. JISDOR berada pada level 14,555. Dari pasar obligasi, harga SUN benchmark ditutup menguat 5 – 90 bps pada Jumat (21/12). Pada awal sesi, SUN tenor 11Yr (FR0078) diperdagangkan hingga level 7.87% dan kembali ditutup pada level 7.89%. Sentimen risk off masih terjadi di pasar global dengan pasar saham AS diperdagangkan melemah dengan indeks S&P 500 melemah ke level terendah selama 15 bulan terakhir.

Munculnya kekhawatiran investor terjadi akibat debat antara Presiden AS Donald Trump dan partai Demokrat dalam menetapkan anggaran serta adanya rencana The Fed untuk melanjutkan kebijakan pengurangan neraca. Selain itu, dewan rakyat AS akhirnya menyetujui RUU belanja sementara yang meloloskan anggaran pembangunan tembok perbatasan sekaligus dana operasional agar sejumlah instansi pemerintah dapat tetap berjalan hingga 8 Februari mendatang. Anggaran ini mencapai USD 5.70 Miliar dan disetujui melalui pemungutan suara dengan perbandingan 217-185 namun anggaran ini diperkirakan akan ditolak oleh Senat.

BI Optimis Defisit Neraca Dagang di Tahun Ini Keseluruhan di Kisaran 3.00% terhadap Produk Domestik Bruto


Kondisi ekonomi global di triwulan akhir tahun ini masih suram, hal ini membuat Bank Indonesia memprediksi defisit neraca transaksi berjalan akan melebar di atas 3.00% dari PDB pada periode triwulan IV tahun 2018. Cukup mengkhawatirkan tapi tetap terukur resikonya, semoga saja

Prediksi ini sejalan dengan defisit neraca dagang di bulan November yang melebar menjadi USD 2.05 Miliar. Kondisi ini didorong oleh laju impor yang tinggi dengan laju ekspor yang belum menunjukkan perbaikan karena kondisi global dan harga komoditas yang turun. Meskipun proyeksi CAD triwulan IV melebar, BI tetap optimis bahwa keseluruhan tahun 2018 masih di kisaran 3.00% dari PDB.

Kamis, 20 Desember 2018

Suku Bunga Acuan BI Tetap di 6%, Fokus Menurunkan Defisit Neraca Berjalan

Bank Indonesia rilis keputusan baru, BI pertahankan suku bunga acuan atau yang sekarang disebut BI 7-day Reverse Repo Rate di level 6%, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Desember 2018 telah memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap sebesar 6%.

Pada Rapat Dewan Gubernur BI tersebut juga diputuskan mempertahankan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. Disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bahwa keputusan tersebut konsisten dengan upaya bank sentral menurunkan defisit transaksi dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik, termasuk mempertimbangkan penyesuaian suku bunga global beberapa bulan ke depan. 
"Bank Indonesia juga meningkatkan koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke arah 2,5% pada tahun depan," papar Perry, Kamis (20/12). seperti dilansir dari situs Bisnis com
Sementara itu, Bank Indonesia terus memonitor dan melihat pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan melandai dan ketidakpastian situasi ekonomi global akan berlanjut di tahun depan. Pertumbuhan AS akan mengalami konsolidasi pada 2019. Prospek konsolidasi di AS dan ketidakpastian menurunkan kecepatan kenaikan FFR pada 2019 setelah the Fed pada Desember 2018 menaikkan FFR naik menjadi 2,25-2,50%

Bank Indonesia Persiapkan Langkah Antisipasi Dampak Kenaikan Fed Rate


Kenaikan Fed Fund Rate yang cukup agresif tahun ini nampaknya bisa berdampak ke pasar obligasi dan saham di awal tahun depan, Bank Indonesia segera cepat tanggap merespon hal tersebut, bisa jadi mengikuti menaikkan suku bunga acuan juga. Menjelang pengumunan Rapat Dewan Gubernur BI hari ini, dimana dua dari 26 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan bahwa BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6.25% sementara sisanya memperkirakan BI 7 Days Reverse Repo Rate akan tetap pada level 6.00%. Jika dilihat dari sebelum nya, BI cukup agresif merespon setiap kebijakan kenaikan suku bunga The Fed

baca juga: Bank Sentral Eropa akan hentikan program bond buying

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 ini mencapai 5.20%. Pertumbuhan ekonomi ini masih diprediksi lebih baik dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 5.07% dan tahun 2016 sebesar 5.03%. Tantangan global seperti normalisasi neraca The Fed serta kebijakan ekonomi proteksi ala Trump sejak awal tahun dan harga komoditas menjadi isu global yang dihadapi tahun ini.

Dari pasar domestik Indonesia masih menghadapi defisit fiskal, defisit neraca perdagangan, dan deisit transaksi berjalan. Untuk tahun 2019 mendatang, pemilu diharapkan dapat membawa dampak positif untuk peningkatan kredit serta mendorong capital inflow.

Akhirnya The Fed Naikkan Suku Bunga 25 Bps ke Range 2.25%-2.5%


The Federal Reserve akhirnya menaikkan suku bunga 25 basis poin ke range 2.25%-2.5%. namun kurs USD memelah terhadap major currency lainnya, pelemahan Dolar terutama dipengaruhi kekhawatiran pelaku pasar mengenai perlambatan ekonomi, dan membuat The Fed mengurangi perkiraan kenaikan suku bunga pada tahun depan menjadi dua kali pada 2019 dan satu kali pada 2020.


Dari pasar Eropa, EUR/USD diperdagangkan menguat dipengaruhi adanya kesepakatan antara Italia dan komisi Eropa mengenai belanja anggaran negara tersebut pada tahun 2019. Komisi Eropa juga mengkonfirmasi bahwa Italia  akan mengurangi target defisit pada 2019 menjadi 2.04% dari sebelumnya 2.4%. EUR/USD berada pada level 1.1371. GBP diperdagangkan melemah ke level 1.2622 terhadap USD. USD/JPY diperdagangkan melemah ke level 112.35. Dolar indeks, DXY, berada pada level 97.03.

Rilis Data untuk hari ini (Survey/Prior):
- JP All Industry Activity Index MoM (2.0%/-0.9%)
- UK Retail Sales Include Auto Fuel MoM (0.3%/-0.5%)
- UK Bank of England Rate (0.75%/0.75%)
- UK BoE Asset Purchase Target (435b/435b)
- US Philadelphia Fed Business Outlook (15.0/12.9)
- US Initial Jobless Claims (215k/206k)
- US Leading Index (0.0%/0.1%)
- ID Bank Indonesia 7D Reverse Repo (6.0%/6.0%)
- JP BoJ Policy Balance Rate (-0.1%/-0.1%)

Sedangkan dari pasar obligasi, imbal hasil USTreasury tenor 10Yr diperdagangkan pada level 2.79 – 2.81% jelang pengumuman FOMC kemarin. Pasar menunggu sinyal pandangan The Fed akan perekonomian ke depan. Selain itu, investor juga masih menantikan kesepakatan antara pemerintah dan Kongres AS untuk menyetujui anggaran sebelum terjadi shutdown pemerintahan AS. Harga SUN benchmark ditutup menguat 10 – 90 bps. Pada awal sesi perdagangan hari ini, SUN 11Yr (FR0078) sempat diperdagangkan hingga level 7.86% sebelum kembali naik ke level 7.94% pada akhir sesi.

Prediksi Kurs Dollar Rupiah Hari Ini di Kisaran 14450/14575

Prediksi Kurs Dollar Rupiah Hari Ini

Info kurs valas hari ini USD/IDR pagi ini Kamis 20 Desember 2018 , dibuka pada level 14460/14560 dan diperkirakan akan diperdagangkan pada kisaran 14450-14575

Indikasi kurs Valuta Asing 20 Desember 2018, pukul 08:18 WIB:
USD/IDR: 14485/14515
EUR/IDR: 16470/16520
GBP/IDR: 18249/18332
JPY/IDR: 128.60/129.05
AUD/IDR: 10290/10335
SGD/IDR: 10524/10608
CNH/IDR: 2099/2128

Indikasi FORWARD USD/IDR
1Week: 14494/14527
2Weeks: 14507/14540
1Month: 14543/14580
2Months: 14595/14635
3Months: 14640/14700

Kurs tersebut merupakan indikasi dan dapat berubah sewaktu -waktu.

Selasa, 18 Desember 2018

Kisah Sedih Warga Jepang Hadapi Hari Tua di Era Suku Bunga Negatif

Bank of Japan terus menerus berupaya menghentikan laju deflasi di Jepang yang sudah berjalan lama, BoJ melakukan aksi injeksi yang berlangsung sampai sekarang, Ini adalah injeksi dana paling radikal dalam sejarah - dengan jumlah yang sangat mengejutkan, yaitu sebesar $ 3,5 triliun, digelontorkan masuk ke sistem ekonomi Jepang selama lebih dari lima tahun untuk menghentikan laju deflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat


Tapi sampai sekarang hal itu ternyata masih belum cukup untuk menyelamatkan pabrik suku cadang otomotif Tomoaki Nagai di dekat Osaka, dan itu adalah salah satu dari sekian banyak cerita sedih pabrik di Jepang yang merepresentasikan ekonomi terbesar ketiga di dunia

Dilansir dari Bloomberg, kisah sedih yang lain datang dari Utara Tokyo, Hiroyuki, dan Machiko Hayashi dari Utsunomiya mengkhawatirkan tentang kurangnya keamanan kerja Hiroyuki sebagai fotografer khusus acara pernikahan. Dan di daerah Akita, supir taksi Takeshi Kikawa berjuang untuk memenuhi kebutuhan ketika suku bunga investasi mendekati nol.

baca juga: Bank of Japan pertahankan suku bunga jangka pendek dibawah 0%

Ya beberapa warga negara bisa bernafas sedikit lebih lega. Sejak Gubernur Bank of Japan Kuroda meluncurkan stimulus radikal BOJ, ekonomi telah tumbuh sekitar 1,2 persen per tahun, lebih baik dibanding angka potensinya. Penurunan tajam kurs Japanese yen terhadap dolar, yang sudah melebihi 60 persen dari level terkuatnya, juga telah membantu Toyota, mendorong naiknya laba perusahaan ke level tertinggi pada awal tahun ini, tercatat saham meningkat tertinggi sejak kurun waktu 27 tahun.

Tetapi "pola pikir deflasi" orang Jepang akibat dari ketakutan suramnya masa depan ekonomi mereka yang disebabkan oleh populasi yang terus menua dan menyusut jumlahnya, terlalu sulit untuk diatasi dan dicarikan solusinya. Meskipun fokus pada target utama yaitu meningkatkan angka inflasi, ya meski tetap hanya setengah dari target 2 persen, pekerjaan utama Bank of Japan yaitu pentingnya pertumbuhan populasi dan meningkatnya konsumsi ekonomi kepada warga Jepang masih belum selesai. hampir lebih dari sepertiga dari angkatan kerja sebagian besar terjebak dalam pekerjaan sementara atau tidak tetap dengan gaji rendah

"Saya akan bekerja sampai usia 60 tahun, jadi itu benar-benar memberi saya rasa aman, "katanya." Tapi kami akan punya uang untuk pensiun, jadi saya optimis. "

Apa sih kekhawatiran terbesar mereka?, mari kita telaah perlahan, Pekerjaan Hiroyuki sebagai fotografer khusus acara pernikahan menempatkannya di sisi lain dari pembagian pasar tenaga kerja di Jepang. rasa ketidakamanan tentang karir yang membayangi membuat mereka sulit untuk memutuskan menikah dan memiliki anak, atau merencanakan masa depan

Hiroyuki mengatakan pekerjaannya secara tidak langsung telah memberinya pandangan yang sangat dekat tentang representasi nyata kesenjangan ekonomi yang saat ini berkembang dan terjadi di Jepang, hal itu tercermin dalam foto pernikahan yang dia foto. Beberapa orang menghabiskan banyak uang untuk biaya resepsi, sementara yang lain tidak dapat mengadakan resepsi sama sekali. Hiroyuki mendapat kenaikan gaji tahun lalu, tetapi para pekerja "tidak tetap" masih memiliki jalan panjang untuk mengejar ketinggalan. "Benar-benar ada jarak yang lebar antara kelas atas dan bawah di Jepang," kata Hiroyuki.

Salah satu warga Jepang memiliki pandangan yang optimis saat Kuroda menjabat Bank of Japan,  adalah Mami Ichikawa, perencana keuangan di Mitsui Sumitomo Aioi Life Insurance Co di Tokyo. Ichikawa sangat takut jika di masa depan kehilangan pekerjaan karena angka penjualannya yang menurun setelah krisis keuangan global, tetapi dia mulai belajar berinvestasi sehingga dia bisa lebih siap secara finansial.

Penghasilannya yang diperoleh dari komisi telah berlipat ganda selama lima tahun terakhir dan dia menghabiskan lebih sedikit juga, katanya. "Baik dalam hal situasi keuangan dan waktu saya, saya memiliki lebih banyak ruang untuk bernafas sekarang," kata Ichikawa.

Kira-kira 1 dari 5 warga Jepang mengatakan pendapatan mereka naik dari tahun sebelumnya, Ya sedikit apresiasi kepada Bank of Japan karena telah membantu mendorong warga Jepang seperti  Ichikawa masuk ke investasi yang lebih agresif, termasuk reksadana dan saham. Ichikawa pun yakin bahwa angka inflasi mulai naik sedikit di Jepang, tetapi suku bunga tabungan akan tetap mendekati nol. Jadi dia mencari imbal hasil yang lebih tinggi. "Saya pikir tabungan saya akan terus kehilangan nilai jika dibiarkan sedia kala," katanya. Pada akhirnya jenis pemikiran warga Jepang yang seperti itu lah yang Kuroda cari, ketika dia mendorong suku bunga ke rekor terendah.

"Jika Anda berusaha, Anda bisa mendapatkan hasil yang bagus," katanya.

Ada cerita lain lagi, Di dekat Osaka, pemilik pabrik Nagai menceritakan kisah yang berbeda: tentang kemerosotan bisnis yang sudah berjalan lama karena kebijakan BOJ atau Abenomics.

Sementara laba eksportir skala besar meningkat karena melemahnya Japnese yen, banyak produsen kecil seperti Nagai yang secara tradisional memasok suku cadang ke eksportir besar mengalami masa-masa sulit

baca juga: Cara ekstrim yang mungkin bisa dilakukan Jepang hentikan deflasi

Nagai, yang datang ke Osaka membuka pabrik bergabung dengan kebangkitan industri pasca perang Jepang setengah abad yang lalu, mengatakan perusahaan-perusahaan besar tak henti-hentinya menekan produsen kecil untuk memberi harga yang murah kepada mereka, memotong penghasilan produsen kecil selama bertahun-tahun. Setiap tahun, semakin banyak produsen kecil dan toko di sekitarnya gulung tikar, katanya. "Saya tidak memperoleh keuntungan apa pun dari kebijakan Abenomics," katanya.

Nagai mengatakan terlalu berisiko untuk berinvestasi dan ekspansi bisnisnya. Dia menghabiskan sebagian besar tabungannya melewati krisis keuangan global. Sekarang dia hanya bertahan. "Dulu saya pikir tidak mungkin saya akan berakhir di panti jompo tetapi sekarang saya cemburu pada mereka yang sanggup untuk masuk," kata Nagai, yang kini berusia 68 tahun. "Saya tidak punya uang itu. Aku harus bekerja selama yang aku bisa. "

‘Era Bekerja Tanpa Pensiun’

Cerita sedih lainnya datang dari daerah Akita, supir taksi Takeshi Kikawa berjuang bersama di antara para lansia: memenuhi kebutuhan ketika tingkat bunga pada investasi mendekati nol. Kikawa tinggal di daerah dengan populasi usia tua sangat banyak, tingkat kelahiran bayi terendah, dan angka kematian tertinggi.

Kikawa bercerita, pada hari Senin dan Selasa, katanya, sekitar empat dari lima penumpang adalah orang lanjut usia yang pergi menuju atau dari rumah sakit. Pada usia 73 tahun, Kikawa masih ingin bekerja selama mungkin, dan hidup di hari tua dengan dibayangi kekhawatiran bahwa pemerintah akan memotong pembayaran pensiun bulanannya. Hal ini tentunya yang diuntungkan ya perusahaan taxi tersebut. Banyak orang di Jepang, termasuk pekerja usia muda memilih hidup hemat karena khawatir akan beratnya bertahan hidup di masa pensiun.

Kebangkitan ekonomi yang cukup kuat (terutama kembalinya tingkat inflasi yang sehat adalah tujuan utama BOJ) dapat membawa beberapa angin segar kepada semua warga Jepang pensiunan. Tetapi tidak ada tanda-tanda kebangkitan ekonomi itu terjadi. Bank of Japan tidak dapat memperbaiki hal yang paling utama yaitu demografi warga Jepang, tanpa dilakukan pemotongan pengeluaran secara ekstrim dan kenaikan pajak yang tajam, perlahan akan membawa kehancuran fiskal Jepang.

Lebih lanjut, Kikawa mendapatkan bantuan dari Bank of Japan berupa Refinancing hipotek rumahnya, bisa membantu sekitar 30.000 Japanese yen sebulan, yang mana jumlah tersebut setara dengan sekitar sepertiga dari gajinya sebagai sopir. "Pemotongan pembayaran perumahan sangat besar - itu sangat besar," kata Kikawa, yang tinggal bersama istri dan putranya. Namun, dia mengatakan dia tidak memiliki tabungan yang bersifat jangka panjang, jadi dia akan tetap bekerja selama mungkin. "Saya tidak punya rencana untuk pensiun," katanya.

Banyak warga Jepang bahkan lebih dari separuh warga Jepang berpikir bahwa suku bunga acuan Jepang sudah terlalu rendah, menurut survey Bank of Japan pada September 2018.

Begitu banyak cerita sedih, mari kita sedikit beralih ke tempat yang mendapat dampak positif dari kebijakan moneter Bank of Japan, di Okinawa, tempat liburan dan wisata pantai pasir putih, warga Jepang Atsuko Kinjo adalah salah satu dari mereka yang mendapat manfaat dari program stimulus Bank of Japan, pelemahan Japanese yen yang signifikan menarik jumlah turis asing datang ke Jepang lebih banyak, karena dirasa biaya wisata ke Jepang lebih murah dengan adanya pelemahan JPY

Kinjo dan penduduk Okinawa lainnya mengatakan bahwa membludaknya wisatawan asing itu hal yang bagus, setidaknya beberapa orang di sana hidup dengan ekonomi secara keseluruhan lebih baik, mereka mengatakan, "Dengan peningkatan jumlah wisatawan, bisnis wisma dan penginapan kami juga telah berjalan dengan baik, jadi hidup kami menjadi lebih kaya dari sebelumnya" katanya.

Dia dan suaminya mengubah lantai dua rumah mereka menjadi penginapan komersil sejak tiga tahun lalu untuk membantu biaya hidup putrinya yang sedang kuliah di Tokyo. Dan sekarang mereka perlahan dapat meningkatkan tabungan pensiun mereka setelah habis-habisan uang pensiun Kinjo dipakai untuk biaya kuliah putrinya. Kinjo, yang pernah bekerja di pangkalan militer lokal AS, dan yang suaminya bekerja di tempat terpisah, mengatakan hidup di masa tua dengan bekal uang pensiunan mereka saja akan terasa sulit saat ini. Saat ini kondisi jalan-jalan di Okinawa menjadi pasar oleh-oleh penuh dengan turis asing dan beberapa supermarket baru didirikan, katanya

Konklusi yang bisa di dapat bagi banyak warga Jepang, pertanyaannya adalah apa yang akan tersisa ketika masa jabatan Kuroda selesai. Angin segar yang saat ini dinikmati Kinjo dan eksportir dan semua orang di Jepang memang bagus untuk BOJ, Namun perang perdagangan AS-China yang berkepanjangan dan pertumbuhan yang melambat di China, misalnya, adalah risiko langsung yang harus dihadapi Jepang, karena Jepang adalah negara yang pertumbuhannya bergantung pada ekspor, sementara itu harga minyak yang jatuh dan ketidakseimbangan pasar keuangan global menjadi ancaman yang harus dipertimbangkan juga

Jika eksperimen kebijakan Bank of Japan berakhir, pembuat kebijakan ekonomi Jepang di masa depan masih harus menghadapi tantangan untuk meningkatkan pertumbuhan dan standar hidup dengan populasi demografi yang masih buruk, hal Itu menimbulkan pertanyaan: bisakah injeksi bantuan Bank of Japan yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk triliunan Japanese yen bisa membantu...

sumber : Bloomberg Asia


Senin, 17 Desember 2018

Woww Defisit Perdagangan Semakin Lebar, Terburuk Sejak Juli 2013

Data ekonomi terbaru mengenai Trade Balance Indonesia kurang begitu menggembirakan, Indonesia mencatat defisit perdagangan terlebar jika dihitung dalam kurun waktu lebih dari lima tahun pada bulan November, penyebab utama ya tentunya karena volume ekspor turun, juga menambah tekanan pada kurs Rupiah


Angka Defisit perdagangan mencapai $ 2,1 miliar, angka tersebut terpaut jauh lebih besar dari angka $ 735 juta yang telah diprediksi sebelumnya oleh para ekonom dalam survei Bloomberg, defisit perdagangan kali ini merupakan angka terburuk sejak Juli 2013.

baca juga: Produk Domestik Bruto vs Produk Nasional Bruto

Data volume Impor melonjak 11,7 persen dari tahun sebelumnya, hal ini tercetak dari angka yang dirilis oleh biro statistik pada hari Senin. Ironisnya, angka tersebut adalah laju impor terlemah sejak Maret, terhitung setelah pemerintah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi impor, termasuk menerapkan tarif tambahan yang lebih tinggi untuk beberapa barang impor

Sedangkan data volume Ekspor turun sebesar 3,3 persen, penurunan pertama sejak Juni 2017. Tentunya pemerintah tidak tinggal diam, pemerintah akan meningkatkan daya saing ekspor Indonesia, termasuk melalui pemberian insentif dan terus meninjau kebijakan batasan-batasan impor,

Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kepada wartawan di Jakarta. Ke depan Indonesia perlu berhati-hati tentang besaran market share ekspornya, hal ini karena China mungkin akan melakukan langkah penyesuaian antisipasi berlanjutnya perang dagang dengan AS, katanya

Indonesia menjadi yang terburuk di antara negara emerging market lainnya di tahun ini. ditandai dengan buruknya performa kurs Rupiah yang telah turun sebesar 7 persen terhadap US dollar. Membesarnya posisi Defisit neraca transaksi berjalan menjadi perhatian utama investor

Kurs Dollar Menguat Terbatas Menjelang FOMC Meeting, Prediksi di Kisaran 14575/14650


Info kurs valas hari ini USD/IDR dibuka di level 14580/14620, prediksi kurs dollar terhadap rupiah hari ini di kisaran 14575/14650

Indikasi kurs Valuta Asing, 17 Desember 2018, pukul 08.16 WIB:
USD/IDR: 14605/14630
EUR/IDR: 16495/16550
GBP/IDR: 18355/18415
JPY/IDR: 128.60/129.00
AUD/IDR: 10465/10500
SGD/IDR: 10600/10635
CNH/IDR: 2110/2125

Indikasi FORWARD USD/IDR
1Week: 14615/14644
2Weeks: 14626/14655
1Month: 14660/14690
2Months: 14725/14760
3Months: 14765/14810

Selayang pandang dari Pasar FX Global, USD masih melanjutkan penguatannya terhadap major currencies lainnya pekan lalu seiring dengan data US Retail Sales yang cukup kuat, yakni tumbuh sebesar 0.2% pada bulan lalu, melebihi ekspektasi ekonom yang memperkirakan kenaikan sebesar 0.1%. Hal ini mempertegas bahwa kondisi ekonomi US masih memiliki pijakan yang kokoh. DXY naik 0.43% ke level 97.78. Sementara itu, investor masih terkofus pada pertemuan FOMC mendatang, dimana The Fed diekspektasikan akan menaikan suku bunga. Investor masih belum yakin terhadap berapa banyak kenaikan suku bunga di Tahun 2019 pasca komentar dovish dari official The Fed yang menyatakan bahwa suku bunga telah berada dekat dengan level netral.

Rilis Data untuk hari ini (Survey/Prior):
- ID Exports YoY (4.68%/3.59%)
- ID Imports YoY (11.00%/23.66%)
- ID Trade Balance (-$790m/-$1820m)
- EC CPI Core YoY (1.0%/1.0%)
- EC CPI YoY (2.0%/2.2%)
- EC CPI MoM (-0.2%/0.2%)
- US Empire Manufacturing (20.0/23.3)

Sedangkan dari Pasar Domestik, Kurs Spot USD/IDR kemarin dibuka pada level 14,500/14,520, diperdagangkan dalam rentang 14,520-14,590, dan ditutup pada level 14,580/14,590. JISDOR berada pada level 14,538. Dari pasar obligasi, SUN benchmark diperdagangkan melemah 35 – 50 bps sejalan dengan pelemahan Rupiah yang ditutup pada level 14,585. Kekhawatiran akan prospek pertumbuhan ekonomi global masih menjadi pemicu sentimen negatif di pasar negara berkembang.

Sementara itu, Bank Sentral Eropa kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuan pada level 0.00%. Tingkat suku bunga ini diperkirakan akan dilanjutkan hingga musim panas tahun depan. ECB juga mengumumkan rencana penghentian Quantitative Easing melalui pembelian aset hingga mencapai EUR 2.6 Triliun yang telah dimulai sejak Maret 2015. Dalam konferensi pers, Mario Draghi juga menyatakan bahwa beberapa data ekonomi dirilis lebih buruk dari ekspektasi serta masih ada ketidakpastian global yang mengancam perekonomian Eropa. Prediksi pertumbuhan ekonomi Eropa diturunkan 0.10% menjadi 1.90% pada 2018 dan 1.70% pada 2019.

Pertumbuhan ekonomi China melambat kembali di bulan November ditandai dengan menurunnya data retail sales dan industrial production. Data industrial production hanya mencapai 5.40%, dibawah prediksi sebesar 5.90%. Sementara itu, data retail sales menunjukkan performa terburuk sejak Mei 2003, hanya naik 8.10% YoY. Selain menyebabkan pelemahan mata uang CNY dan AUD, kekhwatiran investor akan perlambatan ekonomi China menyebabkan sebagian besar pasar saham di Asia melemah, yang dipimpin oleh pelemahan indeks Nikkei dan Hang Seng melemah masing-masing 2.02% dan 1.62%.

Sedangkan dari pasar saham, IHSG BEI ditutup melemah sebesar 7,87 poin atau 0,13 persen menjadi 6.169,84. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 0,56 poin atau 0,06 persen menjadi 986,65. Bursa regional, di antaranya indeks Nikkei melemah 441,36 poin (2,02 persen) ke 21.374,83, indeks Hang Seng melemah 429,56 poin (1,62 persen) ke 26.094,78, dan indeks Strait Times melemah 30,08 poin (0,97 persen) ke posisi 3.081,00.

sumber: trs

Jumat, 14 Desember 2018

Prediksi Kurs Dollar Terhadap Rupiah 14500/14600


Info kurs valas hari ini, prediksi kurs Dollar terhadap Rupiah hari ini 14500/14600, Indikasi kurs Valuta Asing, 14 Desember 2018, pukul 08.05 WIB:

USD/IDR: 14490/14540
EUR/IDR: 16450/16520
GBP/IDR: 18310/18375
JPY/IDR: 127.65/128.10
AUD/IDR: 10435/10470
SGD/IDR: 10560/10590
CNH/IDR: 2104/2120

Indikasi FORWARD USD/IDR
1Week: 14504/14555
2Weeks: 14512/14565
1Month: 14547/14599
2Months: 14617/14670
3Months: 14650/14720

Kurs tersebut merupakan indikasi dan dapat berubah sewaktu -waktu.

Bank Sentral Eropa Akan Hentikan Program Pembelian Surat Utang, kurs EUR Menguat


Angin segar datang dari Eropa, Bank Sentral Eropa Akan Stop Program Pembelian Surat Utang, kurs EUR Menguat, pada beberapa waktu sebelumnya kurs EUR yang sempat melemah, kembali mengalami recovery pasca konfirmasi dari ECB bahwa mereka akan menghentikan program pembelian surat utang baru, namun memberikan sinyal bahwa kebijakan moneternya akan tetap akomodatif. ECB mengatakan bahwa program yang telah berjalan selama tiga tahun tersebut akan dihentikan mulai bulan ini, dan menyatakan bahwa ECB masih on track untuk menaikan suku bunga setelah musim panas di Tahun depan


Sementara itu Kurs USD diperdagangkan cenderung datar terhadap major currencies lainnya pada sesi perdagangan Kamis kemarin, s. DXY naik tipis 0.02% ke level 97.04 sementara EURUSDstabil di level 1.1365.

baca juga: Eurozone terpapar resiko resesi global, apa iya?

Sedangkan dari Pasar Domestik, Spot USD/IDR kemarin dibuka pada level 14,530/14,560, diperdagangkan dalam rentang 14,475-14,560, dan ditutup pada level 14,490/14,505. JISDOR berada pada level 14,536.

baca juga: Perkembangan Kesepakatan Brexit Terbaru

Dari pasar obligasi, harga SUN benchmark menguat 35 - 90 bps dengan FR0078 (11Yr) kembali diperdagangkan dibawah level 8.00%. Pasar masih melanjutkan sentimen positif setelah adanya kabar dari Inggris bahwa Perdana Menteri Theresa May berhasil lolos dari upaya Partai Konservatif untuk menggeser kedudukannya melalui mosi tidak percaya yang digelar pada hari Rabu (12/12). Posisi Theresa May sebagai Perdana Menteri setidaknya akan aman dalam setahun ke depan namun hasil mosi menunjukkan bahwa sepertiga rekan separtainya tidak setuju terhadap draft Brexit yang diajukan. Kurs GBP masih rentan pelemahan terhadap mata uang utama lainnya

Harga minyak dunia diperdagangkan melemah tipis setelah adanya berita bahwa terjadi perbedaan pendapat di kubu internal OPEC. Setelah sempat menguat ke level USD 61.00 / barel, Brent Oil kembali diperdagangkan turun ke level USD 60.25 / barel. Untuk mengimbangi adanya kelebihan suplai minyak, beberapa pengamat menilai bahwa keputusan untuk memangkas produksi sebesar 1.2 juta barel per hari masih kurang.

Kamis, 13 Desember 2018

Trade War: Amerika Serikat vs China atau Koalisi Ekonomi Barat vs China? Ini Cerita Lengkapnya...


Isu perang dagang AS vs China memang menarik untuk terus dicermati perkembangan setiap detailnya, dari latar belakang, skenario sampai konklusi yang mungkin dapat terjadi, saat ini kedua negara saling memberi waktu jeda 90 hari untuk mencari titik temu yang terbaik.

Amerika Serikat bisa saja memperkuat daya tawarnya, negosiator Amerika Serikat bisa bergabung dengan rekan-rekan atau sekutu mereka yaitu Uni Eropa dan Jepang untuk membentuk Koalisi Bersama, untuk mendorong reformasi sistem ekonomi China. Meskipun sampai saat ini, Trump belum memberi sinyal apa pun mengenai skenario tersebut, namun hal ini ada baiknya untuk dipertimbangkan serius

Ya bisa saja disebut koalisi ekonomi barat, mereka berorientasi untuk menciptakan stabilitas pasar perdagangan global dengan membuat tiga item mendasar untuk negoisasi dengan China. Pertama, Beijing harus secara keras dan tegas bersikap terhadap spionase cyber atau copy paste hak cipta yang disponsori negara dan pencurian rahasia data perdagangan komersial antar negara. Kedua, pemerintah China juga diharuskan berubah dan move on dari sistem legacy yang memaksa perusahaan-perusahaan negara barat untuk membentuk usaha patungan dengan perusahaan domestik jika ekspansi masuk industri China, Hal ini bisa menciptakan ketegangan dengan perusahaan-perusahaan yang dipaksa untuk mentransfer teknologi mereka dengan istilah secara non-komersial. Dan tentunya China harus memotong subsidi industri negaranya untuk menopang perusahaan-perusahaan milik negara.


Bahkan, para menteri perdagangan Eropa dan Jepang telah bekerja di belakang layar (dengan dukungan dari Perwakilan Perdagangan AS, Trump dan Robert Lighthizer) untuk merumuskan aturan baru mengantisipasi setiap masalah perdangangan internasional jika berhadapan dengan China. Ketiganya mengumumkan inisiatif tersebut hampir tepat setahun yang lalu di sela-sela konferensi Organisasi Perdagangan Dunia, secara kebetulan juga di Argentina, Buenos Aires. Kelompok trilateral ini mengungkapkan kemajuan lebih lanjut setelah pertemuan pada bulan Maret di Brussels, Mei di Paris, dan pada bulan September di New York.


Terkait jeda waktu pembicaraan tarif dagang AS dan China yang diumumkan 1 Desember memberi peluang bagi kelompok trilateral ini untuk menjalankan rencana mereka. Trump bisa saja masuk bersatu kembali dengan Presiden Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, untuk menghadapi China secara bersama dengan memanfaatkan paket rumusan insentif ekonomi yang tepat.


Sejauh mana kemungkinan mereka (koalisi barat) harus bekerja sama, ingatlah bahwa negosiator Amerika sudah mencoba menekan Beijing sendirian. Meskipun luput dari perhatian publik pada saat itu, sudah mulai dijalankan pemerintahan Obama upaya berkelanjutan tersebut untuk merundingkan perjanjian investasi bilateral dengan China yang saling menguntungkan kedua negara

Upaya ini berujung untuk mencari kesepakatan terbaik dengan memprioritaskan perlindungan perusahaan-perusahaan asing dari penderitaan masalah-masalah yang sama yang kini ingin diperbaiki dan dipercepat oleh Trump. Bahkan lebih fokus menyorot pada pemaksaan transfer ilmu teknologi dan pencurian hak kekayaan intelektual paten produk Amerika Serikat, serta beberapa kekhawatiran yang lain dan penegakan hukum yang lebih baik.


Betapapun menariknya skenario tersebut, pendekatan perjanjian bilateral AS-Cina mungkin terancam gagal, Hal ini sesuai pendapat pakar ekonomi Harvard, Mancur Olson, peristiwa ini sebagai masalah aksi kolektif dan akumulatif "Kerugian Ekonomi" yang disebabkan oleh praktik perdagangan China yang disinyalir tidak adil tersebar di semua mitra dagangnya secara global, yang masing-masing mitra dagang tersebut hanya memiliki sedikit daya tawar untuk bertindak. Oleh karena itu, jika Trump beraksi sendirian, Amerika Serikat tidak memiliki cukup daya tawar untuk meminta China melakukan perubahan struktural yang diperlukan untuk membuat perbedaan ke arah yang lebih baik

Bagian menariknya ada disini, sedikit paradoks memang, Amerika tidak akan mendapatkan semua keinginannya dan manfaat jika China bersedia mengambil semua usulan reformasi yang diminta koalisi ekonomi barat. Beijing tidak dapat meningkatkan perlindungan kekayaan intelektual dengan cara yang telah ditetapkan atau ditargetkan yang tentunya hanya akan menguntungkan perusahaan-perusahaan, ilmuwan, dan pekerja Amerika, juga akan membantu para perusahaan di Jerman, Jepang, dan Inggris. 


Bagaimana mengetahui sampai batas mana kemampuan AS bernegosiasi sendirian tanpa bantuan sekutu? Nah disini Beijing mengakui bahwa AS tidak memiliki daya tawar lebih untuk melakukan pertarungan tarif dagang yang lebih massive melawan China. Ambil contoh mengapa pekerja mobil Amerika di South Carolina akan terpukul dengan turunnya besaran volume ekspor mereka ke pasar China disaat Beijing menerapkan pembalasan tarif, dan tentunya perlakuan ini membuat suplai pabrik mobil di Eropa atau Jepang masuk ke pasar China lebih banyak, dan contoh berikutnya yaitu Petani kedelai Amerika telah memperhatikan bahwa besaran tarif pada musim gugur untuk masuk ke China meningkat tajam, imbas nya China akan beralih mengimpor sumber pangan kedelai ke negara-negara kompetitor Amerika Serikat, seperti Brasil


Lalu bagaimana mengetahui batas kemampuan China bernegoisasi dengan AS, Nah ternyata ketakutan terbesar China adalah salah satunya yaitu aksi kolektif trilateral melawan China oleh Uni Eropa, Jepang, dan Amerika atau bisa kita sebut koalisi ekonomi barat. Beijing kemungkinan akan segera memberi Trump yang terbaik, yaitu dengan kesepakatan setuju membeli lebih banyak produk pertanian atau industri yang dihasilkan perusahaan-perusahaan Amerika, tetapi tentu tidak berbuat banyak gerakan reformasi sistem ekonomi China yang sekarang berjalan. Penawaran ini akan menggoda Trump. Menjual persediaan kedelai Amerika yang terus bertambah atau juga mobil-mobil di tempat parkir yang meluap di dermaga dengan status siap kirim, tentunya akan menarik perhatian Trump yang sejauh tertarik di mana hanya orang Amerika yang mendapat manfaat. Sesuai dengan jargon pada masa kampanye "makes Americans great again"

Namun jika skenario ini terjadi, yaitu China mengimpor lebih banyak produk pertanian atau mobil dari Amerika tanpa reformasi ekonomi dalam negeri China secara total, mungkin akan melukai sekutu AS seperti Uni Eropa atau Jepang. Tawaran yang sangat menggoda tetapi sangat beracun, karena tidak memperbaiki masalah inti yang bersifat jangka panjang dengan sistem ekonomi China, pastinya ini akan semakin melemahkan kemitraan trilateral AS-Uni Eropa-Jepang yang selama ini juga sudah rapuh dengan munculnya sinyal resesi di Uni Eropa

Beberapa skenario tersebut oleh pemerintahan Trump tetap dipertimbangkan secara serius dalam memperbaiki hubungan perdagangan dengan China. jeda waktu 90 hari berikutnya juga dapat terlihat apakah niat sebenarnya adalah untuk membatasi kenaikan tarif oleh China kepada AS atau berdasarkan pada beberapa anggapan keamanan ekonomi nasional atau mungkin juga kekhawatiran non-ekonomi lainnya.

sumber: harvard business

Ekonomi Proteksionis ala Trump Dapat Merubah Sistem Ekonomi Global


Ekonomi proteksionis perlahan-lahan digalakkan oleh Trump, sejak awal menjabat Trump menghabiskan dua tahun pertama masa kepresidenannya dengan "menarik diri". Tendensi arah ekonomi Amerika Serikat era presiden Trump bersifat kebalikan dengan langkah kebijakan luar negeri masa pemerintah Obama, dengan menarik diri dari Persetujuan Paris Accord yang berkaitan dengan isu perubahan iklim bumi, tentang kesepakatan sanksi Iran, dan perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik atau yang biasa disebut Trans Pacific Partnership Agreement


Presiden Trump menerapkan ekonomi proteksionis pada kebijakan perdagangan luar negeri, dengan tambahan tarif impor yang dikenakan pada baja, aluminium, bahkan mobil yang didatangkan dari luar Amerika Serikat, hal ini membuat dampak buruk bagi sebagian besar sekutu ekonomi AS seperti Eropa, Jepang, Kanada, dan Korea Selatan.

baca juga: Perang Tarif Dagang AS vs China

Dan puncaknya, AS bersifat sangat keras terhadap China dalam hal tarif bea masuk barang dan jasa asal China, yang mana membuat kestabilan dan arah ekonomi global dan tentunya ekonomi Amerika Serikat perlahan mulai berubah, beberapa negara khususnya dari Emerging Market penyuplai barang dan jasa ke China terpukul, karena permintaan berkurang, pertumbuhan ekonomi China diprediksi akan perlahan bergerak turun, bahkan sampai akhir 2019, jika memang Perang dagang tak kunjung menemui titik temu antar kedua negara



Apakah AS Butuh Sekutu untuk Menangkan Perang Dagang Lawan China?


Perang dagang antara Amerika Serikat vs China sungguh sangat mengganggu kestabilan ekonomi global, saling lempar pernyataan antara pihak Trump dan China tentang besaran tarif dan berbagai macam ancaman pun dilontarkan, beberapa waktu lalu pada pertemuan di Argentina, Buenos Aires, telah disepakati Presiden Trump dengan Beijing membuka jeda waktu 90 hari untuk menegosiasikan lebih detail kesepakatan perdagangan ekspor impor dan tarif-tarifnya dengan China dengan harapan menemukan win-win solution bagi kedua negara

baca juga: Perlambatan Ekonomi Global Masih Berlanjut

Penyebab mengapa AS bersifar sangat keras terhadap perang dagang ini, Trump merasa sangat benar dengan tindakannya, mengklaim dia ingin mengatasi masalah sistemik yang cukup berdampak besar bagi industri Amerika Serikat, yang melibatkan pencurian kekayaan intelektual Amerika oleh perusahaan-perusahaan asal China, copy paste atau meniru secara mentah-mentah teknologi dan kreativitas dari perusahaan-perusahaan Amerika.

baca juga: Pertumbuhan Ekonomi China

Dilansir dari situs HBR, Bagi pengamat perdagangan, kerangka waktu 90 hari untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan bagi Amerika Serikat nampaknya cukup berat, meski bukan berarti tidak mungkin. Ini bisa dicapai jika Trump aktif berupaya mengumpulkan dan menyamakan visi dengan negara-negara selain Amerika Serikat yang merasa dirugikan oleh China, atau dengan kata lain Trump membutuhkan sekutu lebih banyak untuk menghadapi China, tentunya hal ini diharapkan AS bisa mendapatkan kesepakatan yang berarti dan menguntungkan

Prediksi Kurs Dollar Rupiah Hari Ini 14500/14600

Info kurs valas hari ini, Prediksi kurs dollar rupiah

Info kurs valas hari ini, Prediksi kurs dollar rupiah di kisaran 14500/14600, dengan kecenderungan Rupiah bullish, Indikasi kurs Valuta Asing 13 Desember 2018, pukul 08:18 WIB:

USD/IDR: 14530/14550
EUR/IDR: 16510/16560
GBP/IDR: 18320/18370
JPY/IDR: 128.05/128.40
AUD/IDR: 10480/10515
SGD/IDR: 10570/10620
CNH/IDR: 2105/2130

Indikasi FORWARD USD/IDR
1Week: 14540/14562
2Weeks: 14551/14574
1Month: 14580/14610
2Months: 14650/14680
3Months: 14690/14730

Kurs tersebut merupakan indikasi dan dapat berubah sewaktu -waktu.

Surat Utang Negara Dalam Valas Banyak Diminati Investor Asing

Proses pre-funding untuk pembiayaan anggaran tahun depan sudah berjalan cukup bagus, disampaikan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementrian Keuangan melaporkan hasil transaksi penjualan Surat Utang Negara dalam valuta asing yang diterbitkan pemerintah pekan lalu (04/12) dalam rangka pre-funding, yaitu akumulasi dari total USD 3 Miliar yang diterbitkan, porsi investor dari Amerika Serikat mencapai 55.6% untuk ROI24, 43.6% untuk ROI29, dan 44% untuk ROI49. Sementara lainnya merupakan investor yang berasal dari Eropa dan Asia. Berdasarkan jenis investor, global bond ini juga paling banyak diminati oleh manajer investasi, kemudian diikuti oleh sovereign wealth funds. Karena sifatnya yang fleksibel


Sementara itu, yield obligasi US Treasury tenor 10Yr cenderung stabil diperdagangkan pada level 2.87 – 2.89% meskipun adanya komentar dari Donald Trump yang mengkritik rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga pada FOMC pekan depan (19/12). Independensi The Fed dinilai masih cukup bagus oleh para pelaku pasar

China Berencana Turunkan Tarif Impor Mobil dari AS, Tensi Trade War Mereda

Berita baik datang dari Beijing, masih tentang perkembangan pembicaraan hubungan perdagangan internasional AS - China, Pasar merespon positif membaiknya prospek hubungan antara China dan AS ditandai dengan rencana China untuk menurunkan tarif impor mobil dari AS menjadi sebesar 15% dari sebelumnya sebesar 40%. Sebagian besar pasar saham diperdagangkan menguat dengan IHSG naik 0.64% dan ditutup pada level 6,115.


Sementara itu, dilaporkan dari pergerakan Pasar FX Global, kurs USD diperdagangkan melemah terhadap major currencies lainnya, didorong oleh penguatan GBP dimana pelaku pasar merasa bahwa Perdana Menteri UK, Theresa May, akan bertahan dalam voteing "no-confidence". Setidaknya terdapat 160 kolega partai konservatif yang secara publik mengindikasikan dukungan kepada May melalui twitternya.

Kurs GBPUSD menguat 1.2% ke level 1.2639. Sementara itu, EURUSD menguat 0.44% ke level 1.1368 menjelang keputusan suku bunga ECB sore ini.

Rabu, 12 Desember 2018

Frekuensi Penerbitan SBN Ritel Akan Ditingkatkan Tahun Depan, Untuk Apa?

stabilitas dan ketahanan kurs Rupiah di pasar forex serta kestabilan pasar uang Indonesia
Tahun depan, frekuensi penerbitan SBN ritel akan ditambah, Hal ini untuk kepentingan stabilitas dan ketahanan kurs Rupiah di pasar forex serta kestabilan pasar uang Indonesia, Untuk mewujudkan hal tersebut, sedang disiapkan langkah strategis oleh Pemerintah, salah satunya yaitu langkah Pemerintah yang semakin gencar menerbitkan instrumen surat berharga negara (SBN) ritel tahun depan dengan target emisi 10 seri senilai lebih dari Rp60 triliun guna menjaga kestabilan pasar keuangan dalam negeri menghadapi turbulensi dan fluktuasi ekonomi global yang masih terus berlanjut
Dilansir dari Bisnis com, jika semakin tinggi frekuensi penerbitan instrumen SBN ritel, porsi kepemilikan investor asing pada SBN akan menurun tentunya, sehingga kerentanan pasar obligasi dalam negeri terhadap sentimen negatif dari ekonomi global dapat ditekan.
Sesuai data yang disajikan Bisnis dot com, Per 7 Desember, porsi kepemilikan asing di pasar SBN mencapai 37,84% atau mencapai Rp898,54 triliun. Porsi tersebut turun dibandingkan dengan akhir tahun lalu 39,86%. Dan seperti biasanya, jika terjadi gejolak ekonomi tentunya investor asing lebih memilih masuk ke pasar keuangan negara maju (safe haven), mereka meninggalkan emerging market seperti Indonesia karena dirasa lebih beresiko
Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menjelaskan detail dari 10 instrumen tersebut, yaitu lima instrumen surat utang negara (SUN), yang terdiri atas satu kali penerbitan obligasi ritel Indonesia (ORI) dan empat kali penerbitan saving bond retail (SBR). Pemerintah juga akan menerbitkan lima instrumen sukuk negara, yakni satu instrumen sukuk ritel (SR) dan empat instrumen sukuk tabungan (ST).
sumber: Bisnis com

Info Kurs Valas Hari Ini, Prediksi Kurs Dollar Rupiah di Kisaran 14550/14650

Prediksi Kurs Dollar Rupiah di Kisaran 14550/14650

Indikasi kurs Valuta Asing, 12 Desember 2018, pukul 08.12 WIB:
USD/IDR: 14550/14610
EUR/IDR: 16480/16560
GBP/IDR: 18185/18270
JPY/IDR: 128.20/128.80
AUD/IDR: 10505/10560
SGD/IDR: 10595/10650
CNH/IDR: 2110/2130

Indikasi FORWARD USD/IDR
1Week: 14570/14591
2Weeks: 14581/14602
1Month: 14619/14644
2Months: 14685/14715
3Months: 14725/14765

Realisasi Pembayaran Bunga Utang Pemerintah Melampaui Target APBN, Apa Penyebabnya?

Terdapat kekhawatiran baru terhadap besarnya bunga utang pemerintah Indonesia, Bahwasanya Realisasi Pembayaran Bunga Utang Pemerintah Melampaui Target APBN yang telah ditetapkan, Tren kenaikan suku bunga dan fluktuasi nilai tukar telah menyebabkan realisasi pembayaran bunga utang pemerintah hingga November 2018 mencapai IDR 251.10 Triliun atau tumbuh 19.30% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Cukup besar kenaikannya


Realisasi ini telah melampaui target yang dtetapkan pada APBN 2018 sebesar IDR 238.60 Triliun. Persoalan pembiayaan utang ini dinilai akan menjadi salah satu tantangan fiskal di tahun 2019 mendatang. Sangat diperlukan formula treatment yang pas untuk kelola tantangan fiskal di tahun 2019

Pada tahun depan, perlambatan ekonomi global dan fluktuasi kurs diperkirakan masih berlanjut, dan tentunya akan berimbas secara langsung ke ekonomi Indonesia dan tentunya ke beban besaran nominal pembayaran utang pemerintah, hal ini harus segera di siapkan langkah-langkah strategis yang efektif

Kurs Pound Sterling dan Euro Melemah Imbas Krisis Brexit dan Prancis

Info kurs valas hari ini, Kurs Pound Sterling dan Euro semakin melemah tajam, hal ini Imbas Krisis Brexit yang terancam deadlock dan demo besar-besaran di Prancis yang menentang reformasi keuangan dengan pengetatan kebijakan moneter, cuaca mendung khas bulan desember semakin membuat gelap kondisi ekonomi Inggris dan Zona Eropa


Dari Pasar FX Global kemarin, Kurs USD kembali melanjutkan penguatan pada akhir sesi Amerika Selasa terkait pelemahan Poundsterling  karena kekhawatiran Brexit.  PM Inggris, Theresa May, melakukan pertemuan dengan pemimpin Uni Eropa untuk mencari dukungan mengenai perubahan perjanjian Brexit, setelah sebelumnya Theresa May menunda voting dengan parlemen yang seharusnya juga dijadwalkan pada Selasa. Meskipun demikain, Uni Eropa telah menutup kemungkinan renegosiasi UK-EU. Dolar indeks DXY ditutup menguat 0.26% ke level 97.47. USD diperdagangkan menguat ke level tertinggi sejak April 2017 terhadap GBP ke level 1.2528. AUD melemah ke level 0.7205 per USD. USD/JPY diperdagangkan menguat ke level 113.39. EUR/USD diperdagangkan melemah ke level 1.1326, terkait kekhawatiran investor akan protes yang terjadi di Prancis mengenai kesenjangan sosial dan reformasi ekonomi presiden Emmanuel Macron. Pelaku pasar juga akan melihat penilaian ekonomi oleh ECB terhadap Uni Eropa  pada Kamis nanti

Rilis Data untuk hari ini (Survey/Prior):
- JP Tertiary Inustry Index MoM (0.8%/-1.1%)
- EZ Industrial Production SA MoM (0.1%/-0.3%)
- US MBA Mortgage Applications (-/2.0%)
- US CPI MoM (0%/0.3%)
- US CPI Ex Food and Energy MoM (0.2%/0.2%)
- US CPI YoY (2.2%/2.5%)
- US Monthly Budget Statement (-$199b/-$100.5b)

Sedangkan Dari Pasar Domestik, Spot USD/IDR dibuka pada level 14,600/14,615, diperdagangkan dalam rentang 14,600-14,660, dan ditutup pada level 14,595/14,605. JISDOR berada pada level 14,613.

Sementara itu, Setelah mengalami penurunan selama sepekan, SUN benchmark tenor pendek kembali diperdagangkan menguat 35 – 75 bps dengan volume transaksi outright di pasar sekunder mencapai IDR 8.69 Triliun sedangkan yield obligasi US Treasury tenor 10 tahun diperdagangkan naik 3 bps ke level 2.88% pada penutupan sesi Asia pada hari Selasa (11/812).

Bagaimana dengan kondisi pasar saham, Pergerakan pasar saham juga mulai diperdagangkan menguat akibat meredanya tekanan di pasar negara berkembang dipicu oleh adanya berita bahwa Wakil Perdana Menteri China, Liu He dan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin telah melakukan komunikasi untuk membahas jadwal kesepakatan perdagangan.


Selasa, 11 Desember 2018

Prediksi Kurs Dollar Rupiah Hari Ini di Kisaran 14550/14650


Info kurs valas hari ini USD/IDR pagi ini Selasa 11 Desember 2018, dibuka pada level 14580-14625 dan prediksi kurs dollar rupiah akan diperdagangkan pada kisaran 14550-14650.


Penutupan saham dan harga komoditas 10 Desember 2018:
IHSG +0.18%
Dow Jones -2.24%
Nikkei +0.82%
Straits Times -0.14%
Gold $ 1244
Oil $ 51.00

Indikasi kurs Valuta Asing, 11 Desember   2018, pukul 08.20 WIB
USD/IDR: 14580/14640
EUR/IDR: 16555/16635
GBP/IDR: 18320/18400
JPY/IDR: 128,85/129,40
AUD/IDR: 10655/10525
SGD/IDR: 10605/10660
CNH/IDR: 2100/2125

Indikasi FORWARD USD/IDR
1Week: 14610/14653
2Weeks: 14620/14665
1Month: 14655/14705
2Months: 14735/14770
3Months: 14785/14830

Kurs tersebut merupakan indikasi dan dapat berubah sewaktu -waktu.

Ketidakpastian Brexit Deal dan Perang Dagang AS-China Bikin Kurs Rupiah Melemah

Indeks DXY ditutup menguat 0.70% ke level 97.15, dimana penguatan kurs USD didorong oleh pelemahan GBP ditengah kabar Theresa May yang menunda Parliamentary Vote atas Brexit Deal yang seharusnya dilaksanakan hari ini, hingga tanggal yang belum ditentukan. 


Diperkirakan penundaan ini karena adanya kemungkinan Brexit Deal tidak akan mendapatkan jumlah vote yang cukup untuk disetujui oleh Parlemen UK. Kabar tersebut meningkatkan ketidakpastian atas masa depan Brexit Deal. GBP/USD melemah 1.59% menyentuh level terendah dalam 21 Bulan terakhir pada level 1.2549.


Bagaimana respon Uni Eropa terhadap perkembangan Brexit..., EU Commisioner Donald Tusk menyatakan tidak akan melakukan negosiasi ulang, namun siap membahas ratifikasi UK. Serta, dengan semakin mendekatnya deadline maka mereka pun telah bersiap akan kemungkinan tidak tercapainya kesepakatan atas Brexit. EUR/USD 0.22% ke level 0.22% ke level 1.1354.
Sedangkan dari Asia USD/JPY menguat 0.43% ke level 113.19.

baca juga: Ancaman resesi ekonomi global merebak

Berlanjut ke berita dalam negeri, dari Pasar Domestik, Kurs Spot USD/IDR dibuka pada level 14,500/14,530, diperdagangkan dalam rentang 14,515-14,560, dan ditutup pada level 14,550/14,560. JISDOR berada pada level 14,517.

Dari pasar obligasi dalam negeri, SUN benchmark diperdagangkan melemah 110 – 160 bps kemarin sejalan dengan pelemahan Rupiah yang ditutup pada level USD/IDR 14,555. SUN 11Yr (FR0078) dibuka pada level 8.05% dan ditutup pada level 8.18%.

baca juga: Kekhawatiran pelaku pasar obligasi terhadap ancaman resesi

Sementara itu, pasar saham Asia juga ditutup pada teritori negatif dengan indeks Nikkei dan Hang Seng masing-masing melemah 2.12% dan 1.19%. IHSG mencatatkan pelemahan sebesar 0.24% ke level 6,111 dengan net jual asing sebesar IDR 1,05 Triliun. Sentimen risk off terjadi setelah Wakil Menteri Luar Negeri China memanggil Duta Besar AS untuk China sebagai protes akan penangkapan petinggi Huawei. Investor juga khawatir akan perlambatan ekonomi dunia setelah rilis GDP kuartal III Jepang yang lebih buruk dari ekspektasi (-0.60% vs -0.50% survei) serta sinyal perlambatan domestik maupun internasional yang terjadi di China, ditandai dengan data PPI China periode November 2018 sebesar 2.70% YoY, terendah sejak Oktober 2016 serta pelebaran neraca perdagangan akibat menurunnya impor.

Senin, 10 Desember 2018

Sinyal Resesi Ekonomi di Eurozone Mulai Meningkat, Meski Terlalu Dini

Beberapa periode yang lalu, tingkat kepercayaan diri para pelaku pasar dan investor cukup besar, bahwasanya Bank Sentral Eropa sudah on track untuk menaikkan suku bunga deposito (saat ini menerapkan suku bunga negatif) pada kuartal ketiga 2019, namun akhir-akhir ini keyakinan dan kepercayaan diri analis ekonomi dan pelaku pasar tersebut telah berkurang drastis selama sebulan terakhir, hal ini disebabkan karena mereka melihat sinyal resesi ekonomi global semakin dekat


Dilansir dari Reuters, Sebuah jajak pendapat yang dilakukan Reuters pada 4-7 Desember juga menunjukkan para pelaku pasar dan ekonom sepakat mengatakan bahwa risikonya cukup rendah jika Bank Sentral akan memperpanjang program pembelian aset lebih dari 2,6 triliun Euro ($ 2,96 triliun) di bulan-bulan selanjutnya

Hasil survei Reuters tersebut diambil selama periode gejolak ekstrem di pasar keuangan global, juga sedikit menjawab benak pelaku pasar bahwa arah selanjutnya Bank Sentral Eropa akan menaikkan tingkat suku bunga refinancing nya dalam waktu satu tahun ke depan, dan mungkin sampai ke awal 2020. Sampai saat ini berada di level 0

Beberapa data ekonomi yang belum cukup bagus, termasuk melambatnya momentum peningkatan ekonomi Eropa menunjukkan pertumbuhan ekonomi turun menjadi hanya 0,2 persen pada kuartal ketiga, angka tersebut terendah dalam kurun waktu empat tahun, hal tersebut menjadi titik pemberat bagi beberapa pelaku pasar yang melihat bahwa ekonomi zona Eropa masih diliputi cuaca mendung

Survei Reuters pada para ekonom tentang arah kebijakan bank-bank sentral utama dunia, termasuk Federal Reserve AS, menunjukkan turunnya keyakinan pasar bahwasanya era pengetatan kebijakan moneter masih cukup jauh

"Kami memiliki keraguan yang kuat ... bahwa tidak akan ada kenaikan fund rate pada tahun depan. Dan juga beberapa tahun ke depan, satu-satunya hal yang  muncul adalah sinyal normalisasi untuk menghentikan suku bunga negatif," kata Peter. Vanden Houte, Chief Economist di ING.

"Bank Sentral Eropa kemungkinan akan berencana menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya setelah musim panas 2019."

Sementara itu, Jajak pendapat Reuters terbaru juga menyiratkan kekhawatiran adanya kemungkinan resesi tahun depan, meskipun saat ini masih rendah, namun prosentase nya perlahan naik menjadi 20 persen dari 15 persen sebelumnya, terhitung sejak Agustus saat survei awal dilaksanakan.

Demikian pula, probabilitas kemungkinan terjadinya resesi dalam periode dua tahun juga naik, menjadi 30 persen dari 25 persen, kenaikan pertama sejak Juli, ketika Reuters pertama kali memulai pemungutan suara pada periode ini.

Economist ING's Vanden Houte memperkirakan peluang resesi pada akhir 2020 sebesar 40 persen, namun hal ini terlalu dini untuk dikhawatirkan, karena data ekonomi mencatat data pengangguran masih turun dan harga minyak yang melemah bisa memberikan kelonggaran sektor konsumsi

Angka Inflasi yang ditargetkan Bank Sentral Eropa yaitu di bawah 2 persen, diperkirakan akan menyusut tahun depan menjadi 1,7 persen, lalu menjadi 1,6 persen pada 2020.

Pertumbuhan ekonomi rata-rata Zona Eropa pada 2019 secara kuartalan menurut survei Reuters turun menjadi 1,6 persen dari 1,7 pada survei sebelumnya, Sedangkan perkiraan untuk 2020 tetap stabil di angka 1,5 persen.

source: reuters

IMF: Ancaman Resesi Ekonomi AS Tidak Dalam Waktu Dekat, Trade War AS vs China jadi Isu Utama

Ancaman Resesi Ekonomi AS Tidak Dalam Waktu Dekat

Mengenai merebaknya berita tentang ancaman resesi ekonomi di Amerika Serikat akhir-akhir ini yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat, atau mungkin 1-2 tahun ke depan, Christine Lagarde managing director IMF mengatakan, dia tidak melihat indikasi ekonomi Amerika sedang menuju resesi dalam waktu dekat, meskipun secara nyata terlihat pertumbuhan pasar saham merosot dan pertumbuhan data ketenagakerjaan mulai melambat.


Dilansir dari cbs news, Lagarde bersabda hehehe, "Kami (IMF) memiliki perkiraan untuk tahun ini dan berikutnya Ekonomi Amerika Serikat tumbuh 3,7 persen. Sebenarnya tidak buruk, Kami tidak melihat tanda-tanda resesi dalam waktu dekat berdasarkan informasi yang kami miliki saat ini."

baca juga: Perlambatan ekonomi global akan berlanjut di tahun depan

Namun, Lagarde sebagai direktur IMF yang anggota nya terdiri dari hampir 200 negara, mengisyaratkan bahwa mulusnya kerjasama keuangan internasional dan perdagangan antar negara sangat diperlukan untuk kestabilan ekonomi global, Lagarde memperingatkan bahwa kebijakan ekonomi proteksionis, kenaikan tarif impor ekspor antar negara dan perang perdagangan yang sedang berkembang antara AS vs China sudah pasti menimbulkan ancaman terhadap ekonomi global.

baca juga: Perang dagang AS vs China

"Jika ada lebih banyak ketegangan ekonomi antar negara, maka perdagangan antar negara akan terancam - dan tentunya pelaku pasar dan industri akan bingung, 'kemana saya harus berinvestasi? Dan haruskah saya benar-benar mengubah rantai pasokan saya?" - itu yang akan ada di benak setiap pelaku pasar dan investor, tentunya ini akan berdampak negatif, "kata Lagarde.

baca juga: Kekhawatiran pelaku pasar obligasi terhadap ancaman resesi ekonomi

"Hal ini sangat penting karena perdagangan antar negara adalah mesin utama untuk pertumbuhan ekonomi global" katanya. "Perdagangan, jika terjadi gangguan, jika terancam, akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, jika yang terjadi menurunnya pertumbuhan dan stagnasi, tentunya sektor ketenagakerjaan terancam, investasi berkurang, karena kepercayaan investor atas keberlangsungan bisnis menjadi tidak menentu

source: cbs news

Prediksi Kurs Dollar Rupiah di Kisaran 14475/14550

Prediksi Kurs Dollar Rupiah

Info kurs valas hari ini USD/IDR pagi ini Senin 10 Desember 2018, dibuka pada level  14490/14540 dan diperkirakan akan diperdagangkan pada kisaran 14475 - 14550, prediksi kurs dollar rupiah hari ini terlihat sinyal bearish USD 


Dilaporkan dari dari Pasar FX Global Jumat pekan lalu, USD diperdagangkan melemah terhadap major currencies lainnya pada Jumat pekan lalu seiring dengan rilisnya data ketenagakerjaan yang cukup rendah, dimana data US Nonfarm Payrolls dirilis tumbuh sebesar 155k (ekspektasi 200k) untuk bulan November, turun dari sebelumnya sebesar 237k. Data Unemployment Rate dirilis masih sama dengan bulan sebelumnya di level 3.7%, sementara pendapatan perjam rata-rata tumbuh sebesar 0.2%, lebih rendah daripada ekspektasi tumbuh sebesar 0.3%. Selain itu, tekanan terhadap USD masih didorong oleh ekspektasi bahwa The Fed mungkin akan menghentikan sementara kenaikan suku bunga di masa yang akan datang.

Sedangkan dari Pasar Domestik, Spot USD/IDR kemarin dibuka pada level 14500/14550, diperdagangkan dalam rentang 14450-14550, dan ditutup pada level 14465/14475.

Penutupan saham dan harga komoditas 07 Desember 2018:
IHSG +0.18%
Dow Jones -2.29%
Nikkei +0.82%
Straits Times -0.14%
Gold $ 1249
Oil $ 52.30

Indikasi kurs Valuta Asing, 10 Desember  2018, pukul 08.10 WIB:
USD/IDR: 14490/14540
EUR/IDR: 16540/16590
GBP/IDR: 18445/18510
JPY/IDR: 128.90/129.30
AUD/IDR: 10440/10475
SGD/IDR: 10570/10610
CNH/IDR: 2100/2115

Indikasi FORWARD USD/IDR
1Week: 14501/14552
2Weeks: 14513/14567
1Month: 14548/14601
2Months: 14615/14670
3Months: 14655/14720

Kurs tersebut merupakan indikasi dan dapat berubah sewaktu -waktu.